Absahkah perkawinan tersebut?

>> Jumat, 31 Juli 2009

Berbicara tentang absah dan tidaknya suatu amalan maka perlu menengok bagaimana islam memandang hal itu. Di dalam islam hukum tentang pernikahan tidak terkait dnegan kesyirikan yang dia lakukan ataukah tidak. Orang musyrik sekalipun ketika melakukan perkawinan dengan memenuhi rukun dan syaratnya maka akan dianggap sah, terlebih seorang muslim. Walaupun pada prosesi pernikahan tersebut terdapat kesyirikan, kebid'ahan, ataupun maksiat. Sebab di dalam islam akad pernikahan akan menjadi sah dan batal dikarenakan terpenuhi atau tidaknya rukun dan syaratnya. Akad perkawinan dikatakan sah apabila akad tersebut dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun-rukun yang lengkap sesuai dengan ketentuan islam. Dan akad perkawinan dikatakan batal apaila kurang atau tidak sempurna salah satu dari syarat-syarat atau rukun-rukunnya.
Adapun Rukun-Rukun Nikah adalah sebagai berikut:
1. Shighot (Ucapan Akad/ Ijab Qobul)
Sighot ini cukup dengan perkataan wali (ijab) "Saya nikahkan engkau dengan si fulanah (nama pengantin perempuan) dengan mahar ……..". perkataan wali dari calon istri dijawab oleh calon suami (qobul) dengan perkataan: "Aku terima nikah si fulan dengan mahar…………".
2. Pengantin Perempuan
Disyaratkan bagi pengantin perempuan adalah suatu kehalalan untuk dinikahi. Tidak sah hukumnya menikahi perempuan yang masih mahram (yang haram untuk dinikahi). Perempuan ini juga tidak mempunyai suami dan tidak memiliki 'iddah (sebab masih ada hak orang lain yang berkaitan dengan perempuan itu). Perempuan itu juga harus diketahuai keperempuannya sehingga jelas statusnya.
Perempuan itu juga harus jelas (ada orangnya) dan tidak sah nikah jika wali mengatakan "Saya nikahkan engkau dengan anak saya" sementara dia memiliki anak perempuan lain, sehingga dia menjelaskannya dengan menyebut namanya atau dengan menunjuk kepadanya jika dia hadir.
3. Pengantin Laki-Laki
Disyaratkan bagi pengantin laki-laki adalah adanya kehalalan untuk dinikahi. Pengantin laki-laki juga harus pasti orangnya. Dengan demikian tidak sah dengan orang yang belum pasti, seperti wali berkata "saya nikahkan anak saya dengan seseorang", hal ini sama halnya dengan jika wali bermaksud kepada seseorang dari dua anaknya.
4. Wali
Wali adalah orang yang mengurus akad pernikahan seorang perempuan dan tidak membiarkannya melakukan akad sendiri tanpa kehadirannya.
Seorang wali memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pernikahan sebagaimana sabda rasulullah :
لاَ نِكاَحَ إِلاَّ بِوَلِيِّ
"Tidak sah sebuah pernikahan kecuali dengan seizin wali" (H.R. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Dalam riwayat lain beliau bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ نَكَحَتْ بِغَيْرِ إِذْنِ مَوَالِيْهَا فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ –ثَلاَثًا- وَ لَهَا مَهْرُهَا بِمَا أَصَابَ مِنْهَا, فَإِنْ اشْتَجَرُوْا فَإِنَّ السُّلْطَانَ وَلِيٌّ مَنْ لاَ وَلِيَّ لَهُ (رواه أبو داود و الترمذي و ابن ماجه و أحمد)
"Wanita manapun yang menikah tanpa izin walinya, maka pernikahannya batal (tidak sah) -beliau mengatakannya tiga kali- dan ia berhak mendapatkan maharnya karena suami telah menyetubuhinya. Jika para wali berselisih untuk menghalang-halanginya untuk menikah, maka sulthan (pemerintah) adalah wali bagi orang yang tidak memiliki wali." (H.R. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Syarat-syarat wali:
- Bisa memilih, artinya tidak sah menikah dengan wali yang dipaksa
- Dewasa, tidak berhak menjadi wali dari seorang anak kecil. Sebab dia sendiri tidak menguasai urusan dirinya, bagaimana mungkin dia menguasai urusan orang lain.
- Berakal, tidak berhak menjadi wali orang yang idiot dan orang yang gila terus-menerus karena dia tidak bisa membedakan. Jika wali itu kadang-kadang sadar, tetapi yang paling seringnya, dia dalam keadaan gila, maka hendaklah wali ab'ad (wali yang jauh) menikahkan anaknya ketika waktu gilanya sebentar, tidak perlu menunggu sadar.
- Merdeka, seorang hamba sahaya tidak bisa menjadi wali.
- Wali itu laki-laki, seorang perempuan tidak bisa menjadi wali.
- Wali itu harus beragama islam, seorang wali yang kafir tidak memiliki kekuasaan untuk menikahkan perempuan yang muslim karena firman Allah : "dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman". (an Nisaa': 141). Karena di antara keduanya tidak memiliki hubungan kewalian (saling menguasai).
Adapun urutan wali:
- Ayahnya
- Kakeknya atau ke atas
- Anaknya ke bawah
- Saudara seayah atau seibu
- Saudara laki-laki ayah
- Anak laki-laki mereka ke bawah
- Yang membebaskan mereka
- Shulthon atau penguasa
- Yang diberi perwakilan
5. Dua orang saksi
Maksudnya ada dua orang saksi adil atau lebih yang hadir dalam pernikahan tersebut. Beberapa syarat saksi:
- Beragama islam
- Kedua saksi sudah baligh
- Keduanya berakal
- Merdeka
- Bisa mendengar, bisa melihat, dan bisa berbicara

Adapun syarat-syarat dalam pernikahan:
Ada sejumlah syarat yang menentukan keabsahan akad nikah, memberikan konsekuensi sah tidaknya akad, bahkan bisa membatalkan akad jika ada salah satu saja yang tertinggal. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Ridha dari pihak perempuan sebelum menikah
Seorang wali tidak berhak memaksa wanita untuk menikah denga norang yang tidak disukainya, dan jika tetap memaksanya padahal ia tidak ridha (suka), maka ia berhak mengajukan masalah ini ke pengadilan dan hakim pengadilan berhak membatalkan akad pernikahan tersebut.
2. Mahar, yakni pemberian yang diberikan suami kepada istrinya untuk bersenang-senang. Dan hukumnya wajib sebagaimana firman Allah : "Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan". (an Nisaa': 4)

Penutup
Sebenarnya tujuan upacara tradisional adat Jawa adalah demi mencapai hidup lahir batin. Dengan mengadakan upacara tradisional itu, orang Jawa memenuhi kebutuhan spiritualnya, eling marang purwa daksina. Kehidupan ruhani jawa memang bersumber dari ajaran agama yang diberi hiasaan lokal. Oleh karenanya orientasi kehidupan keberagamaan orang Jawa senantiasa memperhatikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan nenek moyangnya.
Namun sangat disayangkan, pernikahan yang merupakan ibadah "suci" harus ternoda karena adat yang menyelisihi syar'i. tidak diridhoi Allah, baik dengan amalan maksiat, bid'ah, ataupun kesyirikan. Dan ketika terjadi amalan tersebut maka tidak serta merta dapat dihukumi pernikahan tersebut tidak sah ataupun batal. Sebab tinjauan sah dan tidaknya suatu amalan adalah terpenuhi tidaknya rukun dan syarat amalan tersebut sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Sesungguhnya rasulullah telah memberikan contoh dalam prosesi pernikahan dengan sederhana. Cukuplah seseorang mengadakan pernikahan dengan sederhana sebagaimana sabdanya:
أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ
"....Adakanlah walimah sekalipun hanya dengan seekor kambing". (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Bahkan beliau pernah mengadakan walimah tanpa menghidangkan roti ataupun daging hanya sekedar kurma, keju dan minyak samin. Hal ini sebagaimana yang diceritakan oleh shahabat Anas bin Malik dia berkata: "Aku menyaksikan dua walimah istri rasulullah , dan kami tidak memakan roti tidak pula daging. Maka diapun ditanya: "Lantas apa yang dimakan?" dia menjawab: al hiis yaitu kurma dan keju dengan minyak samin."
Wallahu a'lam, wallahu muwaffiq ila aqwamissabiil

Referensi
1. Upacara pengantin Jawa, Dr. purwadi, M. Hum dan Dra. Enis Niken H., M.Hum, Panji Pustaka Yogyakarta, Februari 2007.
2. Upacara Tradisional Jawa Menggali Untaian Kearifan Lokal, Dr. Purwadi, M.Hum, Cetakan Pertama: Oktober 2005, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
3. Upacara Tradisional dan ritual jawa, Suryo S. Negoro, Penerbit. CV. Buana Raya Surakarta, Cetakan Pertama 2001
4. Perkawinan Adat Jawa Lengkap, PT. Pabelan Surakarta, Andjar Any, cetakan tahun 1986
5. Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa, M. Hariwijaya, Hanggar Kreator Jogjakarta, Cetakan kedua 2008
6. Tata Cara Adat Jawa, Tjaroko H.P. Teguh Pranoto, Kuntul Press, Cetakan pertama 2009
7. Meninjau hukum adat Indonesia, Suatu pengantar untuk mempelajari hukum adat, Prof. MR. DR. Soekarnto, Edisi ketiga Mei 1981
8. Jilbab Wanita Muslimah menurut Al Qur'an dan As Sunnah, Muhammad Nashiruddin Al Albani, penerjemah: Hawin Murtadho dan Abu Sayyid Sayyaf, At Tibyan, Solo
9. Asas-Asas hukum islam tentang perkawinan, Drs. Kamal Mukhtar, Bulan Bintang, Cetakan kedua tahun 1987
10. Dukun hitam dukun putih menguak rahasia kehebatan sekutu setan, Abu Umar Abdillah, Cetakan kedua Jumadits Tsani 1427/ Juli 2006, Wafa Press, Klaten.
11. Berjabat tangan dengan perempuan, Muhammad Ismail, penerjemah: H. Ahmad Danial Suhail, Gema Insani Press, Jakarta,Cetakan kedelapan belas, Sya'ban 1422 H / November 2001 M.
12. Fiqh nikah Panduan untuk pengantin, wali dan saksi, Ahmad bin Umar Ad Dairabi, Penerjemah: Heri Purnomo, Cetakan pertama Dzul Qa'dah 1423 H / Februari 2003 M, Penerbit: Mustaqim, Jakarta.
13. Kaidah-Kaidah Fikih, Moh. Kurdi Fadal, M.H.I., CV. Artha Rivera Jakarta Barat, 2008
14. Shohih Muslim, Imam Abul Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim al Qusyairy an Nisabury, Darus Salam Riyadh, Cetakan pertama Rabiul Awwal 1419 H / Juli 1998 M.
15. Shohih Bukhori, Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhory al Ju'fy, Darus Salam Riyadh, Cetakan pertama 1417 H / 1997 M.
16. Sunan Abu Daud, Imam al Hafidz Abu Daud Sulaiman bin al Asy'ab as Sajastany al Azdy, Dar Ibn Hazm Beirut Libanon, Cetakan pertama 1419 H / 1998 M
17. Sunan An Nasai ash Shugro, Imam al Hafidz Abdurrahman Ahmad bin Syu'aib bin Aly bin Sinan an Nasai, Darus Salam Riyadh, Cetakan Pertama Muharram 1420 H / April 1999 M.
18. Musnad Ahmad bin Hambal, Imam al Hafidz Abu Abdillah Ahmad bin Hambal, Baitul Afkar ad Dauliyah, Cetakan 1419 H / 1998 M.

Read More..

Pernikahan Jawa Menurut Tinjauan Syar'i

Menurut tinjauan syar'I pernikahan dengan adat jawa memiliki banyak penyimpangan terutama menurut tinjauan aqidah. Di antara adalah:
1. Pengharusan adanya atribut-atribut semacam (janur, kembang mayang, sepasang pohon pisang, dll)
Pada dasarnya menggunakan janur, kembar mayang, sepasang pohon pisang, dan yang lainnya tidaklah mengapa dalam islam. Sebab hukum asal hiasan seperti itu adalah mubah. Kecuali ada dalil yang menunjukkan atas keharamannya atau kehalalannya. Hal ini sesuai dengan kaidah yang mengatakan:
الأَصْلُ فِيْ اْلأَشْيَاءِ اْلإِبَاحَةُ
"Hukum asal segala sesuatu adalah boleh"
Kaidah ini mengikuti keumuman firman Allah dalam surat al A'rof ayat 32: "Katakanlah: Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya'" Dalam ayat tersebut Allah mengingkari terhadap orang-orang yang mengharamkan perhiasan, padahal tidak ada keterangan tentang itu dari Allah
Dengan niat, perbuatan seseorang dapat ditentukan statusnya, apakah bernilai ibadah atau tidak. Bahkan, niatlah yang menentukan ada dan tidaknya pahala dari apa yang dilakukan. Sehingga dari sini kita bisa ketahui bahwa atribut semisal, janur kuning, kembar mayang, dan sepasang pohon pisang dalam sebuah acara perkawinan akan menjadikan seseorang jatuh ke dalam kesyirikkan jika diniatkan untuk suatu tujuan tertentu yang tidak dibenarkan. Namun jika hal itu tidak diniatkan untuk sesuatu apapun atau diniatkan sebagai hiasan semata maka ia akan kembali pada hukum asalnya yaitu boleh.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah betulkah adanya janur kuning, kembar mayang, dan sepasang pohon pisang dalam sebuah acara perkawinan tersebut tidak ada unsur kesengajaan? Atau keberadaannya tersebut memang menjadi keharusan? Pada kenyataannya pemasangan atribut tersebut memiliki unsur kesengajaan dan merupakan keharusan. Maka hal tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab ia telah berkeyakianan bahwa kemaslahan dan kemadhorotan itu terletak pada benda-benda tersebut. Dan bukan karena takdir Allah . Dan ini merupakan kesyirikan sebab menggantungkan sesuatu kepada selain Allah . Padahal tidak ada yang dapat mendatangkan manfaat dan madhorot kecuali Allah .
2. Amalan atau ritual yang dilakukan merupakan perkara bid'ah
Seperti menginjak telur ketika pernikahan. Hal ini tidak sesuai dengan sunnah. Maka barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada sunnahnya akan tertolak, sebagaimana rasulullah  bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِناَ هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌُّ
"Barangsiapa yang mengada-ada dalam urusan agama kami sesuatu yang tidak kami perintahkan, maka akan tertolak" .
Acara semacam itu tidak pernah diajarkan oleh rasulullah  dan para sahabatnya. Padahal jika kita melihat, banyak di antara mereka yang memiliki istri lebih dari satu. Namun tidak pernah sampai riwayat bahwa rasulullah  dan para shahabatnya melakukan amalan seperti itu. Dalam hal ini cukuplah bagi kita untuk mengikuti sunnah dan tidak mengada-adakan sesuatu yang baru (bid'ah)
3. Menjadikan ritual siraman sebagai wahana untuk mensucikan diri
Alasan bahwa ritual siraman itu bisa menjadi wahana untuk mensucikan diri, jelas bertentangan dengan akidah islamiyah. Dalam islam, bukan dengan ritual siraman untuk mensucikan jasmani dan rohani. Tetapi dengan amalan ketaatan dan taubat nasuha. Seperti berwudhu, ibadah ini memiliki keutamaan menggugurkan dosa-dosa dan menjadi saran seseorang untuk mensucikan diri. Sebagaimana hadits nabi :
"Apabila seorang hamba mukmin berwudhu dan berkumur, maka berguguranlah dosa dari mulutnya. Jika ia melakukan istintsar (mengeluarkan air dari hidung), maka keluarlah dosa-dosanya dari hidungnya. Jika dia membasuh wajahnya, maka berguruanlah kesalahnnya dari wajahnya hingga dari ujung kedua matanya. Jika dia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dosa-dosa dari tangannya hingga keluar dari ujung kuku jarinya. Jika dia mengusap kepalanya, maka keluarlah dosa-dosa dari kepalanya hingga keluar dari kedua telinganya. Jika dia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah dosa-dosa dari kedua kakinya, hingg akeluar dari kuku-kuku jari kakinya."
Keyakinan bahwa siraman dapat membersihkan segala dosa, agar terkabul hajatnya dan saran mendekatkan diri pada Allah merupakan suatu bentuk kesesatan yang nyata. Bagaimana mungkin kita bisa membersihkan diri dari segala dosa, dengan mengadopsi cara beribadahnya orang-orang musyrik penganut animisme dan dinamisme yang suka memuja jin penunggu tempat keramat?
4. Memberikan sesaji dan tumbal
Tumbal adalah sesuatu yang digunakan untuk menolak penyakit dan sebagainya, atau tolak bala. Sedangkan sesaji merupakan makanan atau bunga-bungaan dan sebagainya yang disajikan kepada orang (makhluk) halus dan semisalnya.
Tumbal, dalam prakteknya lebih khusus atau identik dengan sembelihan dank urban, sedangkan sesaji biasanya berbentuk makanan yang siap dihidangkan seperti: jenis-jenis bubur, buah, daging, atau ayam yang telah dimasak, dan dilengkapi dengan berbagai macam bunga serta terkadang uang logam.
Ini merupakan warisan budaya Hindu dan penganut animisme dinamisme yang biasa dilakukan untuk memuja para dewa, roh tertentu, atau penentu tempat, dan lain-lain yang dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan.
Jadi inti tumbal dan sesaji adalah mempersembahkan sesuatu kepada makhluk halus (roh, jin, lelembut, penunggu, arwah leluhur, dll) dengan harapan agar yang diberi persembahan tersebut bisa memberikan manfaat atau menolak madharat.
Ritual seperti ini bertentangan dengan tauhid yang mengharuskan manusia menggantungkan hadirnya manfaat dan hilangnya madharat kepada Allah. Hal ini seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di masa jahiliyah, sebagaimana firman Allah:
"Kemudian mereka mengambil ilah-ilah selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudaratan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan." (Al Furqon: 3)
Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui." (Fathiir: 13-14)
Oleh karenanya Allah memerintahkan kepada rasulullah  untuk menyelisihi orang-orang musyrik yang beribadah dan menyembelih untuk selain Allah dengan firman-Nya: Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Al An'aam: 162-163)
Maka menyembelih dan memberikan sesaji ataupun tumbal kepada selain Allah merupakan kesyirikan dan dapat menyebabkan seseorang masuk neraka, sekalipun itu hanya lalat. Rasulullah  pernah mengisahkan seseorang yang masuk neraka karena seekor lalat, dan masuk karena seekor lalat. Beliau bersabda: "Ada seseorang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula." Para shahabat bertanya, "bagaimana hal itu bisa terjadi wahar rasulullah?" beliau menjawab, "Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tak seorang pun dapat melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban. Ketika itu berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut, "Persembahkanlah korban untuknya." Dia menjawab, "Aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat kupersembahkan untuknya." Mereka pun berkata kepadanya lagi, "Persembahkan meskipun seekor lalat." Lalu orang tersebut mempersembahkan seekor lalat dan mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan perjalanan, maka dia masuk neraka karenanya. Kemudian mereka berkata kepada yang lain, "Persembakan korban untuknya." Dia menjawab, "Tidak patut bagiku mempersembahkan sesuatu kepada selain Allah azza wa jalla." Kemudian mereka memenggal lehernya. Karenanya orang ini masuk surga." (H.R. Ahmad)
Di dalam hadits tersebut seseorang dapat masuk neraka karena dia mengorbankan seekor lalat untuk selain Allah . Lantas bagaimana apabila yang dikurbankan adalah kepala kerbau, kepala sapi, atau yang semisalnya yang secara dhohir memiliki nilai lebih daripada seekor lalat?? Bukankah ini merupakan kesyirikan yang nyata sebab dia menyimpangkan peribadatan yang harusnya diperuntukkan kepada Allah semata namun dia peruntukkan untuk selain Allah??

5. Menjadi ajang publikasi bagi kedua mempelai dan terjadinya ikhtilat antara wanita dan laki-laki tanpa adanya pembatas
Termasuk rangkaian acara pernikahan jawa adalah temu pengantin. Di sini pengantin menjadi pajangan dan tontonan bagi hadirin. Hal ini jelas bertentangan dengan perintah untuk menundukkan pandangan. Sebab tidak satu ayat atau satu hadits pun yang membolehkan seseorang melihat wanita yang bukan mahromnya juga sebaliknya. Dengan disandingkannya pasangan pengantin di hadapan tamu undangan jelas akan membuka kesempatan untuk saling melihat. Allah berfirman: "Katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya'". (An-Nuur: 31)
Bahkan sering terjadi ikhtilat (campur) antara laki-laki dan perempuan. Tak jarang pula pamong tamu yang menyalami lawan jenis yang bukan mahromnya. Baik laki-laki menyalami perempuan ataupun perempuan menyalami laki-laki. Pahadal hal ini asngat dilarang oleh rasulullah  melalui sabdanya:
لَأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمَخِيْطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ (روا الطبراني)
"Sekiranya salah seorang di antara kamu ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada dia menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (H.R. Ath-Thabrani)
Bahkan dalam membaiat para shahabiahpun rasulullah  tidak pernah menyentuh tangan wanita dalam proses pembai'atan, beliau membaiat melalui sabdany, "Aku telah membaiatmu dengan itu (yakni ucapan)." (H.R. Bukhori)
Dalam riwayat lain rasulullah  mengatakan kepada mereka:
إِنِّيْ لاَ أُصَافِحُ النِّسَاءَ....
"Sesungguhnya aku tidak menyalami tangan wanita…" (H.R. Malik, Ahmad, Tirmidzi, An-Nasaa'I, dan Ibnu Majah)
6. Merias pengantin dengan berlebihan
Salah satu kemungkaran yang terjadi dalam acara tersebut adalah dihiasinya wajah kedua mempelai dengan sangat berlebihan. Bahkan di antara mereka ada yang dengan sengaja mencukur habis alis matanya dengan tujuan untuk mendapatkan alis yang lebih sempurna bentuknya. Atau, dianatara mereka juga ada yang tak segan-segan menyambung rambutnya agar kelihatan lebih cantik. Maka termasuklah mereka kedalam golongan orang-orang yang dimurkai oleh Allah yang merubah ciptaan Allah. Rasulullah  bersabda:
Dalam sebuah hadits disebutkan: dari Alqomah dari Ibnu Umar ia berkata:
لَعَنَ اللَّهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ وَالنَّامِصَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ
"Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan yang meminta untuk dibuatkankan, wanita-wanita yang mencukur alisnya dan yang dicukurkan alisnya, serta wanita-wanita yang mengikir giginya agar kelihatan lebih cantik dengan mengubah ciptaan Allah …."
Dalam hadits yang lainnya juga disebutkan: Dari Aisyah xia berkata: "Ada seorang wanita anshor yang menikahkan putrinya, namun rambut putrinya tersebut berguguran karena suatu penyakit. Maka ia datang menemui Rasululah saw seraya berkata: "Wahai rasulullah , sesungguhnya calon suaminya mengharapkan dia, bolehkan aku menyambungkan rambut untuknya? Maka rasulullah saw berabda: "orang yang menyambung akan mendapatkan laknat Allah".
Pada masa sekarang mereka yang menyambung rambut dengan rambut palsu (wig) atau mengubah bentuk alis dan hidung bukan termasuk perbuatan yang tidak ada konsekwensi hukumnya. Padahal para ulama` telah menjelaskan bahwa semua itu termasuk ke dalam larangan Allah dan Rasulullah .
Kemungkaran ini akan lebih terlihat jelas lagi dengan mereka lakukan di salon-salon. Sebab tidak jarang para pengantin mempercayakan periasan wajahnya kepada tukang-tukang salon. Padahal tidak jarang di antara mereka yang bukan dari kaum wanita. Tapi banyak juga di antara juru rias tersebut adalah dari kalarangan kaum pria. Artinya, bertambahnya nilai kemaksiatan tersebut karena selain ia merubah bentuk yang telah Allah ciptakan, pekerjaan itu dilakukan oleh seorang laki-laki yang bukan mahromnya!! Dengan demikian -dan pasti- laki-laki tersebut akan sangat leluasa untuk melihat dan memegang seorang wanita yang bukan mahromnya. Dan ini jelas haram di dalam Islam.
7. Menggunakan pakaian yang tidak islami dan mengumbar aurot
Ketika acara pernikahan berlangsung sang mempelai wanita mengenakan pakaian adat jawa yang sarat dengan terbukanya aurot. Padahal wanita muslimah yang telah baligh wajib menutup aurotnya. Dan termasuk aurotnya adalah seluruh anggota badannya dan tidak menampakkankan sedikitpun perhiasannya, kecuali wajah dan dua telapak tangannya. Hal ini sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari 'Aisyah x bahwa Asma' binti Abu Bakar x menemui Rasulullah  sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka, rasulullah  berpaling darinya dan berkata kepadanya, "Wahai Asma'! Sesungguhnya, jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini." Kemudian beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya. Allah Pemberi taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya."
Juga firman Allah  dalam surat an-Nuur ayat 31 menegaskan kewajiban untuk menutup seluruh perhiasan, tidak memperlihatkan sedikitpun diantaranya kepada pria-pria ajnabi , kecuali perhiasan yang tampak tanpa kesengajaan dari mereka.
Selain itu pakaian islami haruslah memenuhi beberapa syarat berikut ini:
a. Meliputi seluruh badan, selain yang dikecualikan
b. Bukan berfungsi sebagai perhiasan
c. Tebal, tidak tipis
d. Longgar, tidak ketat
e. Tidak diberi parfum atau minyak wanig
f. Tidak menyerupakai pakaian laki-laki
g. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir
h. Bukan pakaian untuk mencari popularitas
Perlu diketahui, sebagian dari syarat-syarat ini tidak khusus bagi wanita, tetapi juga bagi pria.

Read More..

Adat Jawa Ketika Prosesi Pernikahan

Upacara tradisional ritual Jawa kaya dengan arti simbolis. Oleh karenanya bagi orang Jawa yang masih melestarikan tradisi dan ritual leluhurnya, hal itu merupakan perkara yang wajib dilaksanakan. Hal ini terbukti dengan eksistensinya di tengah masyarakat, walaupun upacara tersebut telah berumur ratusan tahun namun sampai kini masih terjaga nyaris utuh. Kemungkinan ada perubahan kecil dalam cara pelaksanaan upacara hanyalah untuk menyesuaikan dengan keadaan dan demi alasan praktis, tetapi makna dan tujuan tetaplah sama.
Pada saat ini banyak orang orang Jawa, terutama generasi mudanya, tidak atau kurang memahami perlambang yang tersirat dalam rangkaian upacara itu. Toh begitu, upacara-upacara ini masih berlangsung begitu hidup sampai saat ini. Bahkan dilaksanakan dengan penuh antusias oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dalam hal ini mereka berkenyakinan bahwa ritual tradisional untuk menjaga atau mendapatkan keselamatan dan kehidupan yang baik untuk pribadi seseorang atau sekelompok orang seperti keluarga, penduduk desa, penduduk negeri dan sebagainya.
Tak terkecuali upacara pernikahan tradisional Jawa yang sarat dengan sesajen dan ritual yang seakan tidak masuk akal manusia. Itu semua dilakukan untuk menjaga keselamatan diri dan keluarga.
Di sini penulis membatasi acara ritual pernikahan adat jawa setelah lamaran dan penentuan hari pernikahan. Penulis juga membagi acara ritual pernikahan adat jawa menjadi dua; sebelum pernikahan dilaksanakan dan ketika acara dilaksanakan. Adapun acara sebelum pernikahan dilaksanakan meliputi:
A. Sebelum Prosesi Pernikahan
1. Pasang Tarub
Menurut Adjied dan Tessa kata tarub berasal dari kata benda yang menunjukkan pengertian tentang suatu "bangunan darurat" yang khusus didirikan di depan rumah atau di sekitar rumah orang yang mempunyai hajad menyelenggarakan perhelatan dengan tujuan rasional dan irrasionil. Rasionil yaitu membuat tambahan ruang untuk tempat duduk tamu, menata meja dan perlengkapan untuk resepsi perkawinan. Irrasionil karena pembuatan "Tarub" menurut adat harus disertai dengan macam-macam persyaratan khas yang disebut srana-srana/sesaji, maka yang demikian mempunyai tujuan "keselamatan lahir batin" dalam arti luas.
Pasang tarub agung adalah salah satu syarat yang biasa dipenuhi oleh orang jawa. Secara simbolis bahwa rumah yang dipasang tarub sedang mempunyai gawe besar dan sebagai tanda buat masyarakat luas. Sebelum pemasangan tarub, sesaji disiapkan, yang terdiri antara lain dari nasi tumpeng, berbagai macam buah-buahan, berbagai macam lauk-pauk , kue, minuman, bunga, daging kerbau, lentera, dan yang lainnya. Sesaji ini melambangkan sebuah permohonan supaya mendapatkan keberkahan dari gusti Allah yang maha Kuasa dan para leluhur dan sekaligus sebagai sarana untuk menolak makhluk-makhluk jahat. Sesaji ini ditempatkan dibeberapa tempat dimana prosesi upacara dilaksanakan seperti di kamar mandi, dapur, pintu depan, di bawah tarub, di jalan dekat rumah dan lain-lain.
Adapun srana tarub yang pokok yang disebut "Tuwuhan" terdiri dari sepasang pohon pisang raja yang berbuah yang maknanya agar mempelai kelak menjadi pimpinan keluarganya atau lingkungannya dan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Seperti pohon pisang yang dapat tumbuh dan hidup dimanapun saja.
Acara pasang tarub merupakan permulaan upacara ritual adat jawa sebelum ijab kabul dilaksanakan. Selain sesajen di atas terdapat beberapa sesajen yang merupakan kelanjutan dari ritual pasang tarub.
2. Cengkir Gadhing Tebu Wulung
Cengkir gading maknanya kencenging pikir, kelapa muda kecil yang berwarna kuning melambangkan kencang kuatnya pikiran baik. Berbagai macam dedaunan segar seperti: beringin, mojokoro, alang-alang, dadap srep supaya pasangan tumbuh dengan kuat dalam kehidupan berkeluarga dan menjadi pengayom lingkungannya laiknya pohon beringin. Dan juga semuanya selamat dan sentosa lahir dan batin atau ojo ono sekoro alias alangan sawiji opo.
Sepasang tebu wulung (mantebing kalbu wujuding lelungan) tebu yang berwarna ungu kemerah-merahan melambangkan mantabnya kalbu, pasangan baru itu akan membina keluarga dengan sepenuh hati. Selain itu keduanya pun siap lahir batin untuk mengarungi kehidupan dunia dengan tekad dan niat luhur.
Di atas gapura terdapat sebuah perhiasan yang dinamakan bekletepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa harus digantungkan dengan maksud untuk mengusir roh jahat dan sebagai tanda pesta perkawinan sedang dilaksanakan di rumah ini.
3. Among Tuwuh
Makna among tuwuh adalah sarana untuk mengemban sejarah keluarga. Among berarti mengemban dan tuwuh berarti tumbuh atau berkembang. Dengan adanya upacara pernikahan diharapkan akan lahir generasi atau keturunan yang dapat menurunkan perkembangan dinasti keluarga.
Slametan among tuwuh diselenggarakan oleh keluarga mempelai wanita. Sesuai dengan namanya, ritual ini bertujuan untuk memperoleh keselamatan. Terlebih-lebih hajatan besar seperti upacara pernikahan yang telah menguras tenaga dan pikiran, maka slametan mendapat perhatian utama.
4. Sesaji Jenang Abang Putih
Di dalam adat jawa terdapat upacara baik pada setiap lapisan masyarakat baik di golongan bangsawan atau rakyat biasa. Dan upacara ini berhubungan dengan daur hidup, yaitu upacara masa kehamilan, upacara kelahiran, dan masa bayi, upacara masa dewasa. Misalnya:
Sajen jenang abang putih, pengakuan bayi sebagai persatuan benih pria dan wanita. Sajen tumpeng, maknanya memuliakan arwah leluhur di "atas". Sajen buang-buangan, untuk menghormati makhluk halus. Sajen berupa telur yang dalam tingkeban dibanting, maknanya mengandung ramalan. Kalau pecah bayi perempuan, kalau tidak pecah bayi laki-laki.
5. Siraman
Siraman dilakukan sebelum upacara midodareni. Siraman ini menggunakan air khusus yang dinamakan tirta perwita sari. Siraman dalam upacara perkawinan dimaksudkan untuk membersihkan sepasang calon pengantin itu lahir dan batin. Upacara siraman diselenggarakan satu hari sebelum ritual ijab dan panggih. Siraman untuk calon pengantin putri dilakukan di rumah orang tuanya demikian pula salon pengantin pria dilakukan di rumah orang tuanya. Setelah siraman, kedua calon mempelai dianggap telah suci.
Dalam acara ini digunakan bahan yang khusus untuk melakukan upacara siraman. Selain itu disediakan pula sesaji untuk siraman yang terdiri dari: tumpeng robyong, tumpeng gundul, makanan-makanan dingin, pisang dan buah-buahan yang lain, telur ayam, kelapa yang telah dikupas kulitnya, gula kelapa, lentera, kembang telon-kenangan, melati, dan kantil, tujuh macam bubur, kue-kue manis, penganan dari beras ketan, seekor ayam jago.
Upacara ini bertujuan memohon perlindungan dari Gusti Allah Sang Pencipta, mengingat dan menghormati para leluhur, sehingga arwah mereka berada dalam ketenangan dan mengharapkan restu dari para leluhur, menghindari dari makhluk-makhluk halus maupun manusia-manusia jahat, sehingga upacara akan berlangsung dengan selamat dan sukses.
6. Ngerik Rikmo
Sesudah upacara siraman kemudian dilanjutkan dengan upacara ngerik rikma, yaitu menggunting sebagian rambut calon pengantin putri. Dalam acara ini dipersiapkan sesaji yang sama untuk siraman, untuk praktisnya semua sesaji siraman dibawa masuk ke kamar pelaminan dan berfungsi sebagai sesjaji untuk ngerik.
7. Tirakatan Malam Midodareni
Upacara tirakatan malam midodareni ini berlangsung di malam hari sebelum pelaksanaan ijab dan panggih di keesokan harinya. Midodareni berasal dari kata widodari artinya dewi atau bidadari. Pada malam itu diadakan selamatan sekedarnya dengan sesaji-sesaji khusus untuk memohon turunnya bidadari dari khayangan untuk memberkahi dan merestui calon pengantin putri agar wajahnya menjadi secantik bidadari.
Malam midodareni biasanya dilakukan dengan cara tirakatan dan lek-lekan. Para sesepuh, pinisepuh dan orang tua sering semalam suntuk tidak tidur. Hampir di tiap-tiap desa ritual lek-lekan yang tidak tidur semalam ini selalu dilakukan. Tujuannya adalah untuk menolak balak. Keluarga yang sedang mempunyai gawe besar itu biasanya jauh dari mara bahaya, sehingga pelaksanaan upacara pernikahan menjadi lancer.
Untuk acara ini terdapat sesaji yang meluputi nasi gurih, ingkung ayam, beberapa sayuran masak, kembang talon, the dan kopi pahit, minuman dari air kelapa dengan gula kelapa, lampu minyak yang dinyalakan, pisang raja, kembang setaman, jadah ketan, serutu dan pipa yang dibuat dari daun pepaya.
Barang yang diletakkan di kamar pelamiann terdiri dari sepasang kembar mayang, dua pot tanah diisi dengan bumbu-bumbu, jamu, beras, kacang dan lain-lain ditutupi dengan kain bermotif banguntulak, dua kendi diisi air suci ditutup dengan daun dadap srep, ukub yaitu nampan yang di atasnya ditaruh beberapa dedaunan dan bunga wangi dan ditaruh di bawah tempat tidur, suruh ayu, daun sirih dengan seperangkatnya, buah pinang, tujuh macam kain dengan pola lorek.
Sesaji ini bisa dikeluarkan dari kamar pada waktu tengah malam. Anggota keluarga dan tamupun boleh memakannya.
8. Peningsetan atau srah-srahan
Pada saat calon pengantin putri sedang di dalam kamar, keluarga dari pihak penganten pria datang dan memberikan beberapa barang kepada orang tua calon pengantin putri. Dalam kesempatan ini kedua belah pihak keluarga saling berkenalaan satu dengan yang lain dalam suasana yang lebih santai. Beberapa keluarga dari calon mempelai pria (hanya wanita) mengunjungi calon mempelai putri yang berada di kamar pelamianan yang dihias sangat indah.
9. Nyantri
Pada saat midodareni calon mempelai pria ikut datang bersama keluarganya ke rumah calon mempelai putri, tetapi dia tidak diperkenankan masuk ke dalam rumah. Ketika keluarganya berada di dalam rumah dia duduk di beranda depan rumah ditemani oleh beberapa teman atau kerabatnya. Pada waktu itu kepadanya hanya diberikan segelas air putih dan dia juga tidak diperkenankan untuk merokok. Dia boleh makan sesudah tengah malam, ini adalah suatu pelajaran baginya bahwa dia harus kuat menahan lapar dan godaan. Sebelum keluarganya pulang, seorang utusan yang mewakili orang tuanya mengatakan kepada tuan dan nyonya rumah bahwa ia menyerahkan tanggung jawab atas calon mempelai pria kepada tuan dan nyonya rumah karena dia tidak akan diajak pulang. Ketika tamu-tamu sudah pulang, calon mempelai pria boleh masuk ke rumah tetapi tidak boleh masuk ke kamar pelaminan. Orang tua calon mempelai putri akan mengatur di mana tempat tidurnya, ini yang disebut nyantri. Nyantri ini dilakukan dengan maksud demi keselamatan dan hal-hal yang lebih praktis, dengan pertimbangan bahwa besok calon pengantin pria akan didandani dan disiapkan untuk ijab dan disiapkan untuk ijab dan upacara-upacara lainnya.

Read More..

Adat Jawa Sebelum Prosesi Pernikahan

Upacara tradisional ritual Jawa kaya dengan arti simbolis. Oleh karenanya bagi orang Jawa yang masih melestarikan tradisi dan ritual leluhurnya, hal itu merupakan perkara yang wajib dilaksanakan. Hal ini terbukti dengan eksistensinya di tengah masyarakat, walaupun upacara tersebut telah berumur ratusan tahun namun sampai kini masih terjaga nyaris utuh. Kemungkinan ada perubahan kecil dalam cara pelaksanaan upacara hanyalah untuk menyesuaikan dengan keadaan dan demi alasan praktis, tetapi makna dan tujuan tetaplah sama.
Pada saat ini banyak orang orang Jawa, terutama generasi mudanya, tidak atau kurang memahami perlambang yang tersirat dalam rangkaian upacara itu. Toh begitu, upacara-upacara ini masih berlangsung begitu hidup sampai saat ini. Bahkan dilaksanakan dengan penuh antusias oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dalam hal ini mereka berkenyakinan bahwa ritual tradisional untuk menjaga atau mendapatkan keselamatan dan kehidupan yang baik untuk pribadi seseorang atau sekelompok orang seperti keluarga, penduduk desa, penduduk negeri dan sebagainya.
Tak terkecuali upacara pernikahan tradisional Jawa yang sarat dengan sesajen dan ritual yang seakan tidak masuk akal manusia. Itu semua dilakukan untuk menjaga keselamatan diri dan keluarga.
Di sini penulis membatasi acara ritual pernikahan adat jawa setelah lamaran dan penentuan hari pernikahan. Penulis juga membagi acara ritual pernikahan adat jawa menjadi dua; sebelum pernikahan dilaksanakan dan ketika acara dilaksanakan. Adapun acara sebelum pernikahan dilaksanakan meliputi:
A. Sebelum Prosesi Pernikahan
1. Pasang Tarub
Menurut Adjied dan Tessa kata tarub berasal dari kata benda yang menunjukkan pengertian tentang suatu "bangunan darurat" yang khusus didirikan di depan rumah atau di sekitar rumah orang yang mempunyai hajad menyelenggarakan perhelatan dengan tujuan rasional dan irrasionil. Rasionil yaitu membuat tambahan ruang untuk tempat duduk tamu, menata meja dan perlengkapan untuk resepsi perkawinan. Irrasionil karena pembuatan "Tarub" menurut adat harus disertai dengan macam-macam persyaratan khas yang disebut srana-srana/sesaji, maka yang demikian mempunyai tujuan "keselamatan lahir batin" dalam arti luas.
Pasang tarub agung adalah salah satu syarat yang biasa dipenuhi oleh orang jawa. Secara simbolis bahwa rumah yang dipasang tarub sedang mempunyai gawe besar dan sebagai tanda buat masyarakat luas. Sebelum pemasangan tarub, sesaji disiapkan, yang terdiri antara lain dari nasi tumpeng, berbagai macam buah-buahan, berbagai macam lauk-pauk , kue, minuman, bunga, daging kerbau, lentera, dan yang lainnya. Sesaji ini melambangkan sebuah permohonan supaya mendapatkan keberkahan dari gusti Allah yang maha Kuasa dan para leluhur dan sekaligus sebagai sarana untuk menolak makhluk-makhluk jahat. Sesaji ini ditempatkan dibeberapa tempat dimana prosesi upacara dilaksanakan seperti di kamar mandi, dapur, pintu depan, di bawah tarub, di jalan dekat rumah dan lain-lain.
Adapun srana tarub yang pokok yang disebut "Tuwuhan" terdiri dari sepasang pohon pisang raja yang berbuah yang maknanya agar mempelai kelak menjadi pimpinan keluarganya atau lingkungannya dan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Seperti pohon pisang yang dapat tumbuh dan hidup dimanapun saja.
Acara pasang tarub merupakan permulaan upacara ritual adat jawa sebelum ijab kabul dilaksanakan. Selain sesajen di atas terdapat beberapa sesajen yang merupakan kelanjutan dari ritual pasang tarub.
2. Cengkir Gadhing Tebu Wulung
Cengkir gading maknanya kencenging pikir, kelapa muda kecil yang berwarna kuning melambangkan kencang kuatnya pikiran baik. Berbagai macam dedaunan segar seperti: beringin, mojokoro, alang-alang, dadap srep supaya pasangan tumbuh dengan kuat dalam kehidupan berkeluarga dan menjadi pengayom lingkungannya laiknya pohon beringin. Dan juga semuanya selamat dan sentosa lahir dan batin atau ojo ono sekoro alias alangan sawiji opo.
Sepasang tebu wulung (mantebing kalbu wujuding lelungan) tebu yang berwarna ungu kemerah-merahan melambangkan mantabnya kalbu, pasangan baru itu akan membina keluarga dengan sepenuh hati. Selain itu keduanya pun siap lahir batin untuk mengarungi kehidupan dunia dengan tekad dan niat luhur.
Di atas gapura terdapat sebuah perhiasan yang dinamakan bekletepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa harus digantungkan dengan maksud untuk mengusir roh jahat dan sebagai tanda pesta perkawinan sedang dilaksanakan di rumah ini.
3. Among Tuwuh
Makna among tuwuh adalah sarana untuk mengemban sejarah keluarga. Among berarti mengemban dan tuwuh berarti tumbuh atau berkembang. Dengan adanya upacara pernikahan diharapkan akan lahir generasi atau keturunan yang dapat menurunkan perkembangan dinasti keluarga.
Slametan among tuwuh diselenggarakan oleh keluarga mempelai wanita. Sesuai dengan namanya, ritual ini bertujuan untuk memperoleh keselamatan. Terlebih-lebih hajatan besar seperti upacara pernikahan yang telah menguras tenaga dan pikiran, maka slametan mendapat perhatian utama.
4. Sesaji Jenang Abang Putih
Di dalam adat jawa terdapat upacara baik pada setiap lapisan masyarakat baik di golongan bangsawan atau rakyat biasa. Dan upacara ini berhubungan dengan daur hidup, yaitu upacara masa kehamilan, upacara kelahiran, dan masa bayi, upacara masa dewasa. Misalnya:
Sajen jenang abang putih, pengakuan bayi sebagai persatuan benih pria dan wanita. Sajen tumpeng, maknanya memuliakan arwah leluhur di "atas". Sajen buang-buangan, untuk menghormati makhluk halus. Sajen berupa telur yang dalam tingkeban dibanting, maknanya mengandung ramalan. Kalau pecah bayi perempuan, kalau tidak pecah bayi laki-laki.
5. Siraman
Siraman dilakukan sebelum upacara midodareni. Siraman ini menggunakan air khusus yang dinamakan tirta perwita sari. Siraman dalam upacara perkawinan dimaksudkan untuk membersihkan sepasang calon pengantin itu lahir dan batin. Upacara siraman diselenggarakan satu hari sebelum ritual ijab dan panggih. Siraman untuk calon pengantin putri dilakukan di rumah orang tuanya demikian pula salon pengantin pria dilakukan di rumah orang tuanya. Setelah siraman, kedua calon mempelai dianggap telah suci.
Dalam acara ini digunakan bahan yang khusus untuk melakukan upacara siraman. Selain itu disediakan pula sesaji untuk siraman yang terdiri dari: tumpeng robyong, tumpeng gundul, makanan-makanan dingin, pisang dan buah-buahan yang lain, telur ayam, kelapa yang telah dikupas kulitnya, gula kelapa, lentera, kembang telon-kenangan, melati, dan kantil, tujuh macam bubur, kue-kue manis, penganan dari beras ketan, seekor ayam jago.
Upacara ini bertujuan memohon perlindungan dari Gusti Allah Sang Pencipta, mengingat dan menghormati para leluhur, sehingga arwah mereka berada dalam ketenangan dan mengharapkan restu dari para leluhur, menghindari dari makhluk-makhluk halus maupun manusia-manusia jahat, sehingga upacara akan berlangsung dengan selamat dan sukses.
6. Ngerik Rikmo
Sesudah upacara siraman kemudian dilanjutkan dengan upacara ngerik rikma, yaitu menggunting sebagian rambut calon pengantin putri. Dalam acara ini dipersiapkan sesaji yang sama untuk siraman, untuk praktisnya semua sesaji siraman dibawa masuk ke kamar pelaminan dan berfungsi sebagai sesjaji untuk ngerik.
7. Tirakatan Malam Midodareni
Upacara tirakatan malam midodareni ini berlangsung di malam hari sebelum pelaksanaan ijab dan panggih di keesokan harinya. Midodareni berasal dari kata widodari artinya dewi atau bidadari. Pada malam itu diadakan selamatan sekedarnya dengan sesaji-sesaji khusus untuk memohon turunnya bidadari dari khayangan untuk memberkahi dan merestui calon pengantin putri agar wajahnya menjadi secantik bidadari.
Malam midodareni biasanya dilakukan dengan cara tirakatan dan lek-lekan. Para sesepuh, pinisepuh dan orang tua sering semalam suntuk tidak tidur. Hampir di tiap-tiap desa ritual lek-lekan yang tidak tidur semalam ini selalu dilakukan. Tujuannya adalah untuk menolak balak. Keluarga yang sedang mempunyai gawe besar itu biasanya jauh dari mara bahaya, sehingga pelaksanaan upacara pernikahan menjadi lancer.
Untuk acara ini terdapat sesaji yang meluputi nasi gurih, ingkung ayam, beberapa sayuran masak, kembang talon, the dan kopi pahit, minuman dari air kelapa dengan gula kelapa, lampu minyak yang dinyalakan, pisang raja, kembang setaman, jadah ketan, serutu dan pipa yang dibuat dari daun pepaya.
Barang yang diletakkan di kamar pelamiann terdiri dari sepasang kembar mayang, dua pot tanah diisi dengan bumbu-bumbu, jamu, beras, kacang dan lain-lain ditutupi dengan kain bermotif banguntulak, dua kendi diisi air suci ditutup dengan daun dadap srep, ukub yaitu nampan yang di atasnya ditaruh beberapa dedaunan dan bunga wangi dan ditaruh di bawah tempat tidur, suruh ayu, daun sirih dengan seperangkatnya, buah pinang, tujuh macam kain dengan pola lorek.
Sesaji ini bisa dikeluarkan dari kamar pada waktu tengah malam. Anggota keluarga dan tamupun boleh memakannya.
8. Peningsetan atau srah-srahan
Pada saat calon pengantin putri sedang di dalam kamar, keluarga dari pihak penganten pria datang dan memberikan beberapa barang kepada orang tua calon pengantin putri. Dalam kesempatan ini kedua belah pihak keluarga saling berkenalaan satu dengan yang lain dalam suasana yang lebih santai. Beberapa keluarga dari calon mempelai pria (hanya wanita) mengunjungi calon mempelai putri yang berada di kamar pelamianan yang dihias sangat indah.
9. Nyantri
Pada saat midodareni calon mempelai pria ikut datang bersama keluarganya ke rumah calon mempelai putri, tetapi dia tidak diperkenankan masuk ke dalam rumah. Ketika keluarganya berada di dalam rumah dia duduk di beranda depan rumah ditemani oleh beberapa teman atau kerabatnya. Pada waktu itu kepadanya hanya diberikan segelas air putih dan dia juga tidak diperkenankan untuk merokok. Dia boleh makan sesudah tengah malam, ini adalah suatu pelajaran baginya bahwa dia harus kuat menahan lapar dan godaan. Sebelum keluarganya pulang, seorang utusan yang mewakili orang tuanya mengatakan kepada tuan dan nyonya rumah bahwa ia menyerahkan tanggung jawab atas calon mempelai pria kepada tuan dan nyonya rumah karena dia tidak akan diajak pulang. Ketika tamu-tamu sudah pulang, calon mempelai pria boleh masuk ke rumah tetapi tidak boleh masuk ke kamar pelaminan. Orang tua calon mempelai putri akan mengatur di mana tempat tidurnya, ini yang disebut nyantri. Nyantri ini dilakukan dengan maksud demi keselamatan dan hal-hal yang lebih praktis, dengan pertimbangan bahwa besok calon pengantin pria akan didandani dan disiapkan untuk ijab dan disiapkan untuk ijab dan upacara-upacara lainnya.

Read More..

Pernikahan, adat ataukah ibadat?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas maka perlu bagi kita untuk mengetahui definisi dari masing-masing.
A. Al 'Adat ( العادة )
Secara bahasa merupakan derifasi (musytaq/pecahan) dari al'aud yakni pengulangan ataupun terus-menerus dan berkesinambungan. Maka setiap amalan yang diulang-ulang hingga dilakukan tanpa dipikirkan maka itu adalah adat. Diantaranya firman Allah:
ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا (المجادلة: 3)
"Kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan". (Al Mujadilah: 3)
Secara istilah perkara yang diulang tanpa harus dipikirkan tanpa rumusan. Dapat juga diartikan sesuatu yang biasa dilakukan manusia dan mereka berjalan di atasnya dari setiap amalan di antara mereka.

Di dalam kaidah fiqh terdapat "Al Adah Muhakkamah" maknanya bahwa adat/tradisi (masyarakat) dapat dijadikan alasan untuk menetapkan hukum. Dalam pembahasan ini, 'adah atau 'urf dipahami sebagai suatu kebiasaan yang telah berlaku secara umum di tengah-tengah masyarakat, di seluruh penjuru negeri atau pada suatu masyarakat tertentu yang berlangsung sejak lama.
Dari definisi tersebut, para ulama menetapkan bahwa sebuah tradisi dapat dijadikan pedoman hukum apabila memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
1. Tradisi yang telah berjalan sejak lama yang dikenal masyarakat umum.
Menurut para ulama, 'adah bisa dijadikan dasar untuk menetapkan hukum syar'I apabila tradisi tersebut telah berlaku secara umum di masyarakat tertentu. Sebaliknya, jika sebuah tradisi tidak berlaku secara umum, maka ia tidak dapat dijadikan pedoman dalam menentukan boleh atau tidaknya tradisi tersebut dilakukan.
2. Diterima akal sehat sebagai sebuah tradisi yang baik.
Hal ini semakna dengan hadits rasulullah :
مَا رَآهُ اْلمٌُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ
"Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka menurut Allah juga baik." (H.R. Imam Al Hakim)
3. Tidak bertentangan dengan nash al-qur'an dan hadits nabi .
Artinya sebuah tradisi bisa dijadikan sebagai pedoman hukum apabila tidak bertentangan dengan nash al-Qur'an maupun hadits nabi . Karena itu, sebuah tradisi yang tidak memenuhi syarat ini harus ditolak dan tidak bisa dijadikan pijakan hukum bagi masyarakat. Nash yang dimaksudkan di sini adalah nash yang bersifat qat'I (pasti), yakni nash yang sudah jelas dan tegas kandungan hukumnya, sehingga tidak memungkinkan adanya takwil atau penafsiran lain.
B. Ibadah
Yaitu ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya melalui lisan rasul-Nya. Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhoi-Nya dari perkataan dan perbuatan yang dhohir dan bathin.
Menurut para ulama ibadah ada dua:
1. Ibadah Ammah
Yakni setiap amalan (termasuk di dalamnya amalan dunia) yang sesuai dengan perintah-Nya dan dimaksudkan untuk melaksanakan perintah. Seperti memberi nafkah keluarga, memakan rizqi yang baik untuk menguatkan tubuh dalam beribadah kepada-Nya atau berjihad di jalan-Nya, bekerja sehingga tidak terjatuh kepada meminta-minta, dan yang lainnya.
2. Ibadah Khoshoh
Syiar-syiar ibadah yang diperintahkan-Nya untuk dilaksanakan seperti sholat, zakat, shoum, dan yang lainnya.
Oleh karenanya ibadah dalam makna umum merupakan hukum syar'I yang berkaitan dengan amalan manusia, tanpa membedakan antara amalan ibadah khossoh, amalan adat, ataupun muamalat. Hal ini dengan syarat amalan tersebut merupakan perintah syar'I dan sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan syar'i.
Sebagai misal adalah bekerja. Bekerja merupakan adat manusia. Namun di sisi lain juga dapat bernilai ibadah apabila diniatkan untuk mengharapkan wajh Allah yakni dia mencukupi diri sendiri sehingga tidak terjatuh kepada meminta-minta. Dia juga bekerja sesuai dengan batasan syar'I terbebas dari tipu daya dan ghoror, serta membelanjakannya untuk memenuhi kebutuhan dan membiayai kebutuhan yang berada di bawah tanggungannya. Hal ini berdasarkan sabda rasulullah  ketika ada salah seorang shahabt yang bertanya kepada beliau:
أَ يَقْضِيْ أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ فَتَكُوْنُ لَهُ صَدَقَةً؟ فَقَالَ لَهُمْ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِيْ حَرَامٍ
"Apakah salah seorang dari kami memenuhi kebutuhan syahwatnya (kepada istrinya) dapat bernilai shodaqoh? Beliau bersabda: “Apa pendapatmu, bila ia menempatkan pada tempat yang haram, bukankah ia berdosa? Demikian pula bila ia menempatkan pada tempat yang halal, ia akan mendapatkan pahala”.
Dalam hadits ini Rasulullah menunjukkan bolehnya beristimta' (bersenang-senang) dengan istrinya untuk menjaga diri dan istrinya dan dapat menjadi pahala baginya.
Dalam hal ini niat memiliki perananan yang sangat penting dalam meluruskan amal manusia. Sebuah amalan dapat bernilai ibadah apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ridho Allah. Begitu juga apabila diniatkan selain Allah maka dapat bernilai maksiat.

Dari masing-masing pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa menikah dapat menjadi bernilai ibadah. Terlebih dikuatkan beberapa dalil yang menunjukkan hal itu, diantaranya:
1. Melaksanakan nikah berarti melaksanakan sebagaian ibadah serta setengah agamanya. Sabda rasulullah :
مَنْ رَزَقَهُ امْرَأَةً صَالِحَةً فَقَدْ أَعَانَهُ عَلىَ شَطْرِ دِيْنِهِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِيْ الشَّطْرِ الْباَقِيْ (رَوَاهُ الطَّبْرَانِيْ وَ الْحَاكِمْ صَحَّحَهُ)
"Barangsiapa yang telah dianugerahi Allah isteri yang saleh, maka sesungguhnya ia telah mengusahakan sebagian agamanya. Maka bertakwalah kepada Allah pada bagian yang lain". (H.R. ath Thabrani dan al Hakim dan dinyatakan shahih sanadnya)
2. Rasulullah  mencela dengan keras para shahabat yang ingin menandingi ibadatnya dengan cara berpuasa setiap hari, bangun malam untuk beribadat dan tidak tidur, hidup menyendiri dan tidak menikah, karena perbuatan yang demikian menyalahi sunnahnya, beliau bersabda:
أَأَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَ كَذَا؟ أَمَا وَ اللهِ إِنِّيْ لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَ أَتْقَاكُمْ لَهُ وَ لَكِنِّيْ أًصُوْمُ وَ أُفْطِرُ وِ أُصَلِّيْ وَ أَرْقُدُ وَ أَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ, فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ (رَوَاهُ الْبُخَارِيْ وَ مُسْلِم)
"Apakah kalian yang telah mengatakan begini, begini………? Adapun aku, -demi Allah- sesungguhnya aku benar-benar orang yang paling takut di antara kamu kepada Allah dan orang yang paling bertakwah di antara kamu kepada-Nya. Tetapi aku berpuasa, berbuka, shalat (di tengah malam), tidur dan aku menikah. Maka barangsiapa yang membenci sunnahku bukanlah ia termasuk umat-ku" .
3. Rasulullah  memerintahkan agar orang-orang yang telah mempunyai kesanggupan untuk menikah karena akan memelihara dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah. Beliau bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اْلباَءَةَ فَلْيَتََزَوَّجَ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَ أَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَ مَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ (رَوَاهُ الْبُخَارِيْ وَ مُسْلِم)
"Hai sekalian pemuda, barangsiapa yang telah sanggup di antara kamu melaksanakan kehidupan suami isteri, hendaklah ia menikah. Sesungguhnya menikah itu menghalangi pandangan mata (kepada yang terlarang memandangnya) dan memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum sanggup melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa. Sesungguhnya puasa adalah perisai baginya" . (H.R. Bukhori dan Muslim)
4. Menikah merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan kepada para anbiya' agar diikuti pula oleh generasi-generasi yang datang kemudian. Allah berfirman:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan". (Ar Ra'du: 38)
5. Pada masa jahiliyah terdapat empat macam pernikahan, namun islam hanya menetapkan satu pernikahan yang sah. Sebagaimana yang disebutkan dalam shahih Bukhori bahwa Ummul mukminin 'Aisyah xberkata:
"Sesungguhnya pernikahan pada zaman jahiliyah ada empat macam: pertama: Sebagaimana nikahnya orang-orang sekarang, yakni seorang laki-laki melamar anak orang lain kemudian memberikan mahar dan menikahinya. Kedua: Seseorang mengatakan kepada istrinya setelah suci dari haidh, "Datanglah kepada fulan (biasanya seorang bangsawan) dan mintalah untuk digauli". Kemudian suaminya menjauhinya (tidak menggaulinya) sehingga jelas apakah istrinya itu telah hamil dari laki-laki lain tadi, apabila telah jelas tandanya bahwa istri sudah hamil, barulah suami menggaulinya jika ingin. Tujuan dari perbuatan ini semata-mata karena ingin mendapatkan anak yang berketurunan bangsawan. Nikah yang semacam ini disebut nikah istibdha'. Ketiga: sekelompok laki-laki yang berjumlah kurang dari sepuluh orang seluruhnya menggaulinya (wanita yang sama). Kemudian tatkala dia hamil dan melahirkan dan berlalu beberapa malam setelah melahirkan, maka wanita itu memanggil para laki-laki tersebut dan mereka tidak kuasa menolaknya. Sehingga apabila mereka telah berkumpul di depan wanita tersebut, wanita itu berkata: "Kalian telah mengetahui apa yang kalian perbuat terhadapku dan kini aku telah melahirkan, ini adalah anakmu wahai fulan….." dia sebut seseorang yang dia sukai di antara laki-laki tersebut, kemudian dia serahkan anak itu kepada laki-laki yang dia tunjuk. Keempat: sekelompok laki-laki menggauli satu wanita yang tidak menolak siapapun yang menggauli dirinya. Mereka adalah pelacur yang mana mereka memasang pada pintu mereka sebuah tanda pengenal bagi siapa yang ingin menggaulinya. Manakala dia hamil dan kemudian melahirkan maka dipanggillah mereka yang telah menggaulinya seluruhnya. Kemudian anak tersebut diserahkan kepada orang yang dia anggap paling mirip dengannya sedangkan dia tidak kuasa menolak."
6. Rasulullah melarang umatnya untuk membujang dengan larangan yang sangat. Beliau bersabda:
عَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَأْمُرُ بِالْباَءَةِ وَ يَنْهَى عَنِ التَّبَتُّلِ نَهْيًا شَدِيْدًا وَ يَقُوْلُ: تَزَوَّجُوْا اْلوَدُوْدَ اْلوَلُوْدَ فَإِنِّيْ مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأَنْبِيَاءَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ (رواه أحمد و صححه ابن حبان و له شاهد عند أبي داود و النسائي و ابن حبان أيضا)
Dari Anas bin Malik , berkata: "Adalah Rasulullah  memerintahkan menikah dan melarang hidup sendirian (membujang) dengan larangan yang sangat, dan beliau bersabda: "Kawinilah olehmu wanita-wanita yang pencinta lagi subur, maka sesungguhnya aku akan berbangga dengan banyaknya jumlah kamu di hadapan umat-umat lain di hari kiamat". (H.R. Ahmad , dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan hadits ini dikuatkan oleh hadits-hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Daud, an Nasa'I dan Ibnu Hibban)

Read More..

Pernikahan Jawa 1

Pendahuluan
Pernikahan dalam islam adalah sebuah perkara yang agung. Di dalamnya dikumpulkan dua individu berbeda. Bukan hanya sekedar untuk menyalurkan nafsu biologi semata bukan pula formalitas acara adat yang harus dicatat secara administratif. Lebih dari itu pernikahan merupakan sunnah ilahi yang menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Allah berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (الروم: 21)

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar Ruum: 21)
Namun seiring perjalanan waktu banyak sekali penyimpangan yang terjadi di dalamnya. Proses yang harusnya mendatangkan banyak pahala namun malah mendatangkan dosa. Mulai dari prosesi sebelum pernikahan hingga ketika prosesi pernikahan tersebut dilangsungkan.
Risalah singkat yang mengkhususkan terhadap sebagian adat Jawa ini mencoba untuk membahas tentang pernikahan adat jawa tersebut dalam tinjauan syar'I. Tiada gading yang tak retak, tak ayal pula tulisan ini yang tak lepas dari kekurangan. Semoga saran, kritik, dan masukan bersifat konstruktif dapat menjadikannya lebih baik.


Read More..

Manakah yang lebih mulia. Malaikat atau manusia?

Maksud keutamaan atau kemuliaan di sini adalah antara malaikat dan seorang mukmin yang sholih seperti para nabi dan wali Allah. Sedangkan orang kafir atau munafik maka mereka lebih buruk daripada hewan ternak. Sebagaimana Allah mensifati mereka dengan firman-Nya:
بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (الأعراف: 179)
"Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al A'rof: 179)
Dalam hal ini pensyarah Thohawiyah mengutamakan orang sholih dan para nabi dari malaikat. Sedangkan orang mu'tazilah mengutamakan malaikat. Para pengikut asy'ariyah terkelompok menjadi dua. Sebagian mereka mengutamakan para nabi dan para wali dan sebagian lainnya tawaqquf (tidak berpendapat). Disebutkan juga bahwa Abu Hanifah tawaqquf dalam masalah ini. Sedangkan Safaroni dalam "Lawami'ul Anwar 2/389" menyebutkan bahwa Imam Ahmad berkata, "Siapa yang mendahulukan malaikat maka dia telah salah. Setiap mukmin lebih mulia dari malaikat."
Dalil mereka yang mengutamakan orang sholih
1. Sesungguhnya Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam. Kalau bukan karena keutamaan Adam mengapa malaikat diperintahkan sujud.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (البقرة: 34)
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir." (Al Baqoroh: 34)
2. Sesungguhnya Adam diciptakan dengan tangan-Nya dan malaikat diciptakan lewat kalimat-Nya.
3. Bani Adam dimuliakan dengan ilmu. Ketika Allah bertanya kepada malaikat tentang nama-nama mereka tak dapat menjawabnya. Mereka mengakui bahwa mereka tidak mengetahui hal itu maka Adam pun menjelaskan kepada mereka. Allah berfirman:
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ()قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ()قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ()
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu" (Al Baqoroh: 31-33)
4. Ketaatan manusia lebih berat. Dan yang lebih berat maka lebih mulia. Sebab manusia diciptakan dengan syahwat, hawa nafsu, dan amarah. Sedangkan malaikat tidak memiliki semua itu.
5. Allah membanggakan ahlu iman dan tho'at di depan malaikatnya apabila melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan kepada mereka. Sebagaimana membanggakan Ahlu Arofah. Dari Abu Huroiroh  bahwasanya rasulullah n bersabda:
إِنَّ اللهَ يُبَاهِيْ بِأَهْلِ عَرَفَاتٍ أَهْلَ السَّمَاءِ فَيَقُوْلُ لَـهُمْ انْظُرُوْا إِلَى عِبَادِيْ هَؤُلاَءِ جَاؤُوْنِيْ شُعْثًا غَبْرًا
"Sesungguhnya Allah membanggakan Ahlu Arofah di depan penduduk langit. Dia berfirman, "Lihatlah kepada hambaku, mereka mendatangiku dengan rambut kusut dan berdebu."
Dalil mereka yang mengutamakan malaikat
1. Mereka berdalil dengan firman Allah dalam hadits qudsi:
قوله تعالى في الحديث القدسي: مَنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ وَ مَنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلأٍٍَ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلَأٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ
"Barangsiapa yang mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, dan barangsiapa mengingatku di malaikat yang kusebutkan maka Aku akan mengingat mereka dalam malaikat yang lebih baik dari mereka."
2. Mereka berdalil anak adam (manusia) memiliki kekurangan dan keterbatasan. Dan mereka sering tergelincir dan dosa.
3. Mereka berdalil dengan firman Allah:
قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلا تَتَفَكَّرُونَ
Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?(Q.S. al An'am: 50)

Bagaimana mendudukkannya?
Sebagaimana disebutkan Ibnu Taimiyah bahwa orang sholeh lebih mulia dari malaikat apabila dilihat dari tempat akhir kehidupan. Hal ini disebabkan apabila mereka masuk jannah akan mendapatkan kedekatan dan menempati kedudukan tinggi. Allah menghidupkan mereka dan mengkhususkan mereka dengan kedekatan kepadanya. Dan mendapat kemuliaan. Mereka merasakan kesenangan dengan melihat wajah-Nya, dan malaikat menjadi pelayan mereka dengan izin Allah.
Malaikat lebih mulia apabila dilihat dari awalnya. Sesungguhnya malaikat sekarang di dekat Allah. Mereka bersih dari apa-apa yang dikerjakan oleh anak Adam. Mereka sibuk dengan ibadah. Dan tidak diragukan bahwa keadaan mereka lebih sempurna daripada keadaan manusia. Ibnu Qoyyim al Jauziyyah berkata, "dengan rincian seperti ini maka jelaslah rahasia pengutamaan antara manusia dan malaikat. Kedua dalil dari masing-masing kelompok dapat disatukan sesuai dengan haknya masing-masing. Wallahu a'lam.

Referensi:
Aqidah Ahlus Sunnah wal jama'ah, DR. Ahmad Farid, Maktabah Fayadh, Cetakan pertama 2005

Read More..

Sifat-Sifat Mereka

Manusia tidak dapat mengetahui hakekat malaikat kecuali apa yang datang dari Rasulullah . Oleh karenanya kita mencukupkan diri dengan apa yang ada nashnya tidak mengatakan kecuali ada dalil tentangnya. Di antara sifat yang disebutkan di dalam nash adalah sebagai berikut:
1. Mereka diciptakan dari cahaya
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ وَ خُلِقَ الجِانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَ خُلِقَ آدَمَ مِمَّا وُصَفَ لَكُمْ ( رواه مسلم)

Dari 'Aisyah x berkata, dari rasulullah  bersabda: "Malaikat diciptakan dari cahayat, dan jin diciptakan dari kilatan api, sedangkan manusia diciptakan ………… (H.R. Muslim)
2. Mereka tidak dapat dilihat
عَنْ أَبِيْ سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَ سَلَّمَ: يَا عَائِشَةَ هَذَا جِبْرِيْلُ يَقْرَئُكَ السَّلاَمَ, قَالَتْ : وَ عَلِيْهِ السَّلاَمَ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ هُوَ يَرَى مَا لاَ أَرَى (متفق عليه)
Dari Abu Salamah bahwasanya 'Aisyah x berkata, rasulullah  bersabda: "Wahai 'Aisyah, ini Jibril datang dan dia menyampaikan salam kepadamu! 'Aisyah pun menjawab: Begitu pula 'alaihis salam wa rahmatullah (baginya keselamatan dan rahmat Allah), dia dapat melihatku sedangkan aku tak dapat melihatnya. (Muttafaq 'Alaihi)
3. Malaikat dapat berubah wujud
- Sebagaimana kisah pada hadits islam, iman, dan ihsan
- Turunnya Jibril yang mendatangi Maryam
"Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." (Maryam: 16-19)
- Kisah tamunya nabi ibrahim
"Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaaman", Ibrahim menjawab: "Salaamun" (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata: "Silakan kamu makan".(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu takut," dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak)." (Adz Dzariyat: 24-28)
- Kisah tamu yang mendatangi nabi Luth
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Lut, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: "Ini adalah hari yang amat sulit." Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Lut berkata: "Hai kaumku, inilah putri-putri (negeri) ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama) ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" (Hud: 77-78)
- Kisah tentang dua orang yang berselisih dan mendatangi nabi Daud
Dan adakah sampai kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar? Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena (kedatangan) mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut; (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat lalim kepada yang lain; maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus. (Shod: 21-22)
4. Mereka memiliki kekuatan yang luar biasa
- Dengan jumlah mereka yang sedikit mampu mengangkat 'Arsy Allah
Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka". (Al Haqqoh: 15-17)
- Mampu meniup sangsakala sehingga seluruh penduduk langit dan bumi mati
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (Az Zumar: 68)
- Utusan kepada nabi Luth yang membalikkan bumi bagian atas menjadi bagian bawah
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi". (Hud: 82)

5. Mereka taat kepada Allah dan bersegera melaksanakan perintah-Nya
- Mereka tidak sombong, tidak capai, dan mereka senantiasaa bertasbih kepada Allah siang malam.
"Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya." (Al Anbiya': 19-20)
- Kisah penciptaan Adam
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al Baqoroh: 30)
- Mereka tidak beramal kecuali atas perintah-Nya
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (Al Anbiya: 26-27)
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At Tahrim: 6)
6. Mereka senantiasa mendekatkan diri kepada Allah
"Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya lah mereka bersujud." (Al A'rof: 7)
7. Mereka tidak menikah dan tidak memiliki keturunan
- Allah mencela orang-orang kafir yang menyebut malaikat sebagai anak perempuan dan mengancam atas persaksian mereka yang dusta, serta akan menanyakan tentang kedustaan mereka di hari kiamat kelak
"Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban." (Az Zukhruf: 19)
8. Ada di antara mereka yang menjadi utusan Allah untuk menyampaikan syariat kepada para nabi
"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Fathir: 1)
9. Mereka mampu naik turun antara langit dan bumi
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun". (Al Ma'arij: 4)

10. Mereka takut kepada Allah walaupun mereka tidak bermaksiat dan senantiasa beribadah
"Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya" (Ar Ro'd: 13)
"Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)". (An Nahl: 49-50)
11. Mereka diciptakan sebelum diciptakannya Adam p (
Kisah akan diciptakannya manusia (Al Baqoroh: 30)
12. Mereka memiliki sayap dua, tiga, empat, dan lebih
"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Fathir: 1)
فِيْ الصِّحَاحِ عَنْ عَائِشَةَ : أَنَّ الرَّسُوْلَ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَأَى جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمَ فِيْ صُوْرَتِهِ مَرَّتَيْنِ, لَهُ سُِّتمِائَةِ جَناَحٍ قَدْ سَدَّ اْلأَفَقَ: مَرَّةٌ لَيْلَةَ عُرِجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ عِنْدَ سِدْرَةِ اْلمُنْتَهَى وَ أخْرَى ِفْي أَسْفَلِ مَكَّةَ بِمَكَانٍ اسْمُهُ "أَجْيَاد"
Dalam hadits shahih dari 'Aisyah x bahsawanya rasulullah  melihat Jibril dalam bentuk aslinya sebanyak dua kali, dan dia memiliki 600 sayap yang menutupi ufuk (langit). Yang pertama ketika malam mi'roj dari langit ke sidrotul muntaha dan yang lain ketika di makkah di tempat "Ajyad"
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنَّ لِلَّهِ مَلاَئِكَةً يَطُوْفُوْنَ فِيْ الطُّرُقِ يَلْتَمِسُوْنَ أَهْلَ الذِّكْرِ, فَإِذَا وَجَدُوْا قَوْمًا يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَنَادَوْا: هَلِّمُوْا إِلَى حَاجَتِكُمْ, قَالَ: فَيَحُفُّوْنَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا ..........إلى آخر الحديث
Dari Abu Hurairah , dia berkata Rasulullah  bersabda: "Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang senantiasa berkeliliing di jalan-jalan untuk mencari kaum yang berdzikir. Apabila mereka mendapatkan kaum tersebut maka mereka saling menyeru: 'kemarilah untuk memenuhi hajat kalian. Beliau bersabda: "Maka merekapun mengepakkan sayap mereka hingga menutupi langit dunia". (H.R. Bukhori)

Jumlah mereka
Jumlah malaikat merupakan rahasia ilahi. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Sebagaimana firman Allah :
وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ (الدثر: 31)
"Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu melainkan Dia sendiri." (Al Mudatsir: 31)
Di dalam hadits rasulullah bersabda:
أطَّتِ السَّمَاءَ و َحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَ, مَا فِيْهَا مَوْضِعَ قَدٍَم إِلاَّ وَ فِيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ أَوْ رَاكِعٌ (جاء الحديث بروايات متقاربة الألفاظ عند الإمام أحمد و الترمذي و انب ماجه و أبي القاسم الطبراني)
"Langit berdengung (karena penuh dengan malaikat) dan pasti akan bergerak, tidaklah ada di langit setiap jengkal kaki berpijak kecuali di sana terdapat malaikat yang bersujud dan ruku'".

Buah iman kepada mereka
Sesungguhnya beriman kepada mereka berbuah beberapa hal:
1. Mengetahui keagungan (kebesaran) Allah, sesungguhnya agungnya ciptaan menunjukkan agungnya sang pencipta.
2. Bersyukur kepada Allah atas penjagaan mereka terhadap anak adam (manusia). Sesungguhnya setiap dari mereka diberi tugas untuk menjaga mereka, mencatat amal mereka, dan tugas-tugas lainnya.
3. Mencintai malaikat karena mereka senantiasa beribadah kepada Allah.

Kaitannya dengan manusia
Allah memberi tugas malaikat kepada seluruh manusia. Oleh karena mereka memiliki kaitan yang sangat erat sejak masih berupa embrio. Sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qoyyim al Jauziyah dalam kitabnya "Ighotsatul Lahfan": "Sesungguhnya mereka ditugaskan dalam penciptaan manusia dari setiap fase ke fase selanjutnya, dalam pembentukannya serta, penjagaannya di dalam 3 masa gelap, menuliskan rizqinya, amalnya, ajalnya, dan nasibnya –sengsara dan bahagianya-, dan senantiasa bersamanya dalam setiap keadaan, mencatat seluruh perkataan dan amalnya, menjaga mereka dalam ketika hidup, mencabut nyawa mereka ketika mati, mengembalikan mereka kepada Sang Pencipta, mengadzab mereka di alam barzakh dan sesudah hari kebangkitnan.
Kaitannya dengan orang mukmin: mereka meneguhkan hati mereka dengan izin Allah, menolong mereka, membunuh musuh-musuh, mereka adalah wali-wali orang mukmin di dunia dan di akhirat, menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan serta menghindarkannya dari marabahaya. Mereka memintakan ampun kepada Allah dan mendoakan manusia selama berada dalam ketaatan kepada-Nya, memberi kabar gembira dalam tidurnya, ketika kematiannya, ketika hari kebangkitan. Mereka mengingatkan ketika lupa, memberi semangat ketika malas, meneguhkan hati ketika bimbang, dan berusaha untuk kemaslahatan mukmin di dunia dan di akhirat.
Kaitannya dengan orang kafir: mereka tidak menyukai orang kafir dholim serta pendosa bahkan memerangi serta memusuhi mereka dan menggoncangkan hati mereka, menurunkan adzab dengan perintah Allah serta melaknat mereka.

Read More..

Arrahmah.Com - Technology

Arrahmah.Com - International

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP