Pintu-Pintu Rejeki

>> Kamis, 06 Agustus 2009

Tidaklah Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mencari sebab, kecuali Dia juga menunjuki caranya. Melalui lisan rasul-Nyalah Allah menunjuki cara-cara tersebut. Syaikh Abdullah Azzam menyebutkan bahwa ada 6 pintu rejeki yang dijanjikan oleh Allah  untuk hamba-Nya;
1. Ghonimah
Rasulullah  bersabda:
وَ جُعِلَ رِزْقِيْ تَحْتَ ظِلاَلِ رَمْحِيْ وَ جُعِلَ الذِّلُّ وَ الصِّغَارَ عَلىَ مَنْ خَالَفَ أَمْرِيْ (رواه أحمد)
“ Dan dia menjadikan rejekiku di bawah naungan tombakku dan dijadikan kehinaan dan kerendahan atas orang-orang yang menyelisihi perintahku.” (H.R. Ahmad)
Inilah penghasilan yang diperoleh oleh Nabi . Para ulama menyebutkan bahwasanya inilah penghasilan yang paling afdhol (utama) karena diperoleh melalui kemenangan.

2. Hasil Pekerjaan Tangannya
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَ إِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (رواه البخاري)
“Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari hasil pekerjaan tangannya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud makan dari hasil pekerjaan tangannya.” (HR. Bukhori Kitab Buyu’ bab 15 no. 2072)
Di dalam riwayat muslim disebutkan bahwasanya nabi Zakariya adalah seorang tukang kayu. (HR. Muslim)
Ada salah seorang shahabat Rasulullah  yang menjabat gubernur di Madinah. Dia adalah Salman Al Farisi. Tunjangan hidupnya tidak kurang dari 4000 sampai 6000 dirham setahun. Semua tunjangan tersebut dia sedekahkan kepada fakir miskin tanpa menyisakan 1 dirhampun. Sedangkan untuk kebutuhan hidupnya, dia menganyam keranjang. Bermodalkan satu dirham, keranjang hasil anyamannya dijual dengan tiga dirham. Hasil penjualannya tersebut dia gunakan satu dirham untuk modal, satu dirham disedekahkan, dan satu dirham sisanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Kehidupannya berlangsung begitu terus hingga datang ajalnya. Kedudukannya sebagai gubernur tidak menghalanginya untuk mencari rejeki yang dikaruniakan oleh Allah.

3. Berdagang
“Sembilan dari sepuluh pintu rejeki ada dalam perdagangan”, begitulah salah satu sabdanya  yang diriwayatkan oleh Thabrani. Terlepas dari kedudukan hadits tersebut, kita dapati banyak dari shahabat yang menjadi pedagang.
Salah satunya adalah Abdurrahman bin Auf. Beliau termasuk shahabat yang dijamin akan masuk surga. Namun jaminan dari rasul tersebut tidak menghalanginya dari mengais rejeki. Beliau masih saja berdagang walaupun jaminan tersebut benar adanya. Bahkan karena kelihaiannya dalam berdagang disebutkan dalam shirah, seandainya dia mengangkat batu tentu akan didapati bongkahan emas di bawahnya.
Ibnu Qudamah berkata: “Sesungguhnya berdagang tidak semata dimaksudkan untuk mendapatkan harta, tetapi agar tidak menjadi beban oranglain, dapat menafkahi keluarga, dan dapat meringankan beban saudara muslim lainnya. Namun apabila tujuannya adalah untuk mencari harta semata atau menyombongkan diri maka hal itu tercela.”

4. Bertani
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman atau bertani kemudian dimakan burung, manusia, atau hewan lainnya, maka itu akan dihitung shadaqoh baginya”. (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits mengandung faidah tentang keutamaan bercocok tanam. Kemudian apa-apa yang dimakan oleh manusia atau hewan lainnya merupakan shadaqoh baginya. Selain itu, para shahabat anshorpun banyak yang bercocok tanam untuk menghidupi keluarganya.

5. Mengajarkan Al Qur’an
Ibnu Abbas  berkata, Rasulullah bersabda: “Yang paling berhak untuk kalian ambil upahnya adalah mengajarkan al Qur’an.”
As Sya’bi berkata: “orang yang mengajarkan tidak boleh mensyaratkan upah tersebut akan tetapi apabila dia diberi hendaknya diterima. Hakam berkata: “Aku tidak pernah mendengar salah seorangpun yang memakruhkan upah pengajar”. Dalam salah satu riwayat Hasan memberikan 10 dirham untuk pengajar al Quran.
Hadits di atas menunjukkan kebolehan mengambil upah dari mengajar al Qur’an. Bahkan para ulama memasukkannya ke dalam salah satu pintu rejeki yang halal dan diridhoi Allah. Dan itu bukanlah termasuk hal yang tercela. Akan tetapi apabila mengajarkan al Quran hanya untuk mencari dunia, maka ancamannya adalah neraka sebagaimana dalam salah satu sabda Rasulullah  .

6. Hutang
Diperbolehkan bagi seorang muslim untuk mengambil hutang apabila memang membutuhkan. Rasulullah pun pernah berhutang gandum kepada seorang Yahudi dengan menggadaikan pakaian perangnya. Bahkan ketika beliau wafat pakaian beliau tersebut masih tergadai dan belum ditebus.
Tentunya hal ini menjadi alternatif terakhir. Dan tidaklah layak bagi seorang muslim untuk mempermudah berhutang kecuali karena terpaksa.
Rasulullah  bersabda:
مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيْدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللهُ عَنْهُ وَ مَنْ أَخَذَ يُرِيْدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللهُ
“Barangsiapa mengambil harta orang lain (berhutang) dengan niat mengembalikannya, maka Allah akan memampukannya untuk mengembalikannya. Dan barangsiapa mengambilnya dengan niat merugikannya, maka Allah akan merugikannya.” (HR. Al Bukhori)

Penutup
Pintu rejeki memang tidak terbatas pada 6 hal itu saja. Namun 6 hal tersebut merupakan pokok dari pintu-pintu rejeki yang ada. Semoga dengan mengambil salah satu atau lebih dari pintu-pintu rejeki tersebut dapat membawa kita kepada ridho-Nya. Sehingga Mengais rejeki Menggapai Ridho Ilahi bukan hanya sekedar mimpi.

0 komentar:

Arrahmah.Com - Technology

Arrahmah.Com - International

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP