BAKHIL

>> Kamis, 14 Agustus 2008

Pendahuluan
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad , yang telah diutus oleh Allah  untuk menyempurnakan akhlak umat manusia.


Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik ciptakan. Menundukkan apa yang ada di langit dan yang ada di bumi untuk manusia. Menjadikan manusia khalifah di muka bumi untuk melestarikan serta menjaganya.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Mereka membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak bisa dipungkiri. Jika pun ada manusia yang menyangka dirinya tidak membutuhkan orang lain tentu itu mustahil baginya. Karena tidak mungkin seseorang mampu memenuhi segala kebutuhannya, baik rohani maupun jasmani. dari kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan yang lain.
Untuk itu Islam mengatur hubungan antar sesama manusia. Mengajarkan bagaimana bergaul dengan orang lain. Islam juga mengajarkan kepada umatnya akhlak-akhlak yang mulia. Serta mengingatkan umatnya untuk menjauhi dan meninggalkan akhlak yang tercela.
Salah satu akhlak tercela yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan seseorang adalah sifat bakhil atau kikir. Mengingat besarnya pengaruh yang akan muncul dari sifat ini, tentunya kita harus mengetahui hakikat bakhil serta batasan di mana seseorang disebut bakhil atau kikir. Serta bagaimana cara mengobati sifat bakhil tersebut.
Kami juga menghadirkan dalil-dalil syar’I yang berkaitan dengan bakhil. Baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah dan juga perkataan dari ulama’ salaf yang berkaitan dengan masalah ini.
Kami menyadari semua yang kami paparkan dalam tulisan ini tentunya tidak bisa mewakili pembahasan ulama tentang sifat bakhil dan kikir secara menyeluruh. Namun kami tetap berharap makalah yang singkat ini mampu membuka hati kita untuk menghiasi diri kita dengan akhlak yang mulia serta meninggalkan seluruh akhlak yang tercela.
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلَاقًا
“sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling bagus akhlaknya”

Tentunya, dengan keterbatasan ilmu yang kami miliki, banyak terdapat kesalahan. Untuk itu kami memohon ampunan kepada Allah atas kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak. Tak lupa pula kami mengharapkan kesediaan asatidzah dan ikhwan sekalian untuk mengoreksi tulisan kami ini. Wallahu Musta’an

II. Pengertian kikir
Sebagaimana yang telah kami paparkan dalam mukaddimah. Dalam pembahasan ini ada dua kata dalam bahasa arab yang maknanya hampir sama yaitu kata (البخل ) dan (الشح ).
Al-buhlu atau bakhil adalah menahan sesuatu yang wajib. Sedangkan asy-syuh atau kikir adalah menahan sesuatu yang wajib dan tamak atau rakus terhadap apa yang menjadi milik orang lain. Jadi asy-syuh lebih buruk dan tercela dari pada al-Bukhl.
Dua sikap ini sama tercelanya. Sehingga tidak pantas dalam diri seorang muslim terdapat sifat bakhil dan kikir. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah riwayat:
“Dua hal yang tidak akan terhimpun pada diri seorang mukmin: bakhil dan ahlak yang buruk.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi)
“kikir dan iman sama sekali tidak akan terhimpun di dalam diri seorang hamba.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi, Ahmad, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Al-Baghawi)

III. Dalil-dalil yang berkaitan dengan bakhil.
Sifat bakhil dan kikir ini sangatlah dicela dalam Islam. Hal ini bisa dilihat dalam beberapa nash syar’I, baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah. Kesemua dalil tersebut menunjukkan betapa jeleknya akibat dari keduanya.
Dari Al Qur’an
Kata bakhil beberapa kali disebutkan dalam Al Qur’an. dan semua ayat tersebut mengandung celaan terhadap sifat bakhil ini, di antaranya :
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (10) وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى (11)

“dan adapun orang-orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak memerlukan pertolongan Allah). Serta mendustakan pahala yang terbaik. Maka akan kami permudahkan jalannya menuju kesukaran (kesengsaraan). Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa (mati). (Qs. Al-Lail : 8-11)
هَاأَنتُمْ هَؤُلاَء تُدْعَوْنَ لِتُنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ فَمِنكُم مَّن يَبْخَلُ وَمَن يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَن نَّفْسِهِ وَاللهُ الْغَنِيُّ وَأَنتُمُ الْفُقَرَاء .
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang maha kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya). (Qs. Muhammad :38)

الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا آتَاهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا
“yaitu orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.” (Qs. An-Nisa’ : 37)
Allah mencela orang-orang yang tidak mau menginfakkan hartanya di jalan yang telah diperintahkan Allah, seperti untuk berbuat baik kepada orang tua, kerabat karib, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, ibnu sabil dan hamba sahaya. Mereka pun tidak mengeluarkan hak Allah yang terdapat dalam harta mereka, bahkan menyuruh orang lain berbuat bakhil. Rasulullah bersabda,
“Adakah penyakit yang lebih ganas dari pada bakhil?“
Firman Allah, “dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan kepada mereka.“ Orang bakhil adalah orang yang mengingkari nikmat Allah. Nikmat Allah itu tidak tampak dalam pakaian, makanan atau pemberiannya. Oleh karena itu Allah mangancam dengan firmanNya, “dan kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang menghinakan.“
Dalam sebuah hadits dinyatakan,
“Sesungguhnya jika Allah menganugerahkan suatu nikmat kepada hamba-Nya, maka Dia suka jika kenikmatan itu tampak berdampak pada dirinya.“
Konteks ayat ini adalah bakhil dalam hal harta. Namun bakhil terhadap ilmu pengetahuan tentu lebih tercakup lagi ke dalaml ayat itu sebab konteknya mengenai infak kepada kerabat dekat dan orang-orang lemah.
وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“sekali-kali janganlah orang yang bakhil dengan hartan yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka , bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelah di lehernya pada hari kiamat.” (Qs. Ali Imron :180)
Firman Allah ta’ala, “dan jangan sekali-kali mengira bahwa kekikiran orang-orang atas karunia yang telah Allah berikan kepadanya adalah baik bagi mereka. Bukan baik tetapi buruk bagi mereka.” Maksudnya, jangan sekali-kali orang kikir menduga bahwa harta yang dikumpulkan itu berguna baginya, justru akan memberikan madharat bagi mereka dalam agamanya, walaupun kadang mendatangkan manfaat baginya di dunia.”
Kemudian Allah memberitahukan ihwal kesudahan hartanya pada hari kiamat. Allah berfirman, “apa yang mereka kikirkan itu kelak akan dikalungkan kepada mereka pada hari kiamat.”
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah  bersabda, “ barang siapa yang diberi harta kekayaan oleh Allah namun tidak dizakatinya, maka hartanya itu akan menjelma menjadi seekor ular yang mempunyai dua titik hitam pada sebelah atas kedua matanya. Kemudian ular itu akan dikalungkan kepadanya pada hari kiamat lalu menggigit kedua pipinya. Ular itu berkata, ‘aku adalah hartamu dan gudang kekayaanmu.’ Kemudian Nabi  membaca ayat di atas.”
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “ayat ini diturunkan berkaitan dengan ahli kitab yang tidak mau menjelaskan isi kitab yang diturunkan kepada mereka.” Demikian menurut riwayat Ibnu Jarir. Pendapat yang shahih ialah yang sebelumnya, walaupun pendapat ini termasuk ke dalam pengertian bakhil juga.
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“dan barang siapa dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Al-Hasr : 9)
Ada seorang laki-laki mendatangi Abdullah dan berkata : "wahai Abu Abdirrahman aku khawatir aku akan celaka." Maka beliau bertanya, "Apa yang menimpamu?" laki-laki itu menjawab, "Aku mendengar Firman Allah, "“dan barang siapa dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Al-Hasr : 9), sedangkan aku adalah orang yang sangat kikir, hampir-hampir tidak pernah aku mengeluarkan sesuatu pun dari kedua tanganku ini." Maka beliau berkata, "Bukan kikir ini yang dimaksud dalam firman Allah tersebut, sesungguhnya kikir adalah engkau memakan harta saudaramu secara dzalim, tetapi yang menimpamu adalah kebakhilan, dan sejelek-jeleknya sesuatu adalah kebakhilan."

Dari As-Sunnah
Dari nabi  beliau pernah berdo’a:
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari lemah hati dan bakhil (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Jabir  meriwayatkan, Nabi  pernah bertanya kepada banu salamah, "siapakah pemimpin kalian?“ mereka menjawab, "jadd bin Qais. Hanya saja kami menganggapnya orang yang bakhil.“ Beliau bersabda, "Lalu penyakit apakah yang lebih parah dari pada bakhil? Pemimpin kalian adalah Bisyr bin Barra’ bin Ma’rur“ (Riwayatkan Al-Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrad)

Dari Anas beliau berkata, Rasulullah  bersabda :
ثَلَاثٌ مُهْللِكَاتٌ شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتْبَعٌ وَإِعْجَابُ المَرْءِ بِنَفْسِهِ
"Tiga perkara yang merusak, yaitu kikir yang dituruti, nafsu yang diikuti, dan ketaajuban seseorang terhadap diri sendiri .“ (Riwayatkan Al-Bazzar dan Abu Nu’aim)
Dari Abu Hurairah  beliau berkata, Rasulullah  bersabda : “Tidaklah para hamba menjumpai waktu subuh kecuali akan turun dua malaikat. Yang satu berkata, “ya Allah berilah orang-orang yang berinfak ganti atas hartanya.“ Dan yang lain berkata, “ya Allah berikanlah kepada orang yang bakhil kerugian.“ (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Perkataan ulama salaf dan orang bijak
Para ulama salaf dan orang yang berilmu mereka sangat mencela sifat bakhil dan kikir. Mereka sendiri tidak mau dirinya terjerumus dalam sifat ini. karena sifat ini hanya akan mendatangkan kerugian bagi pelakunya. baik di dunia maupun di akhirat, serta mendatangkan kesengsaraan bagi orang lain ketika di dunia.
Al-Khaththabi berkata, "kikir yang membuat seseorang tidak mau memberi, lebih parah dari pada bakhil.“
Salman alfarisy berkata, "jika orang dermaawan meninggal dunia, maka bumi para malaikat penjaganya berkata, 'ya rabbi, lepaskanlah urusan dunia dari hamba-Mu karena kedermawannya’. Jika orang bakhil meninggal dunia, maka bumi berkata, 'ya rabbi, halangilah orang ini dari surga, sebagaimana hamba-Mu ini menghalangi apa yang ada di tangannya dari keduniaan’.“
Di antara orang bijak ada yang berkata, "siapa yang bakhil, maka musuhnyalah yang akan mewarisi hartanya.“
Seorang A’rabi mensifati orang lain dengan berkata, "dia menjadi hina dalam pandanganku karena kebesaran dunia dalam pandangannya.“
Seorang A’rabi mencela suatu kaum dengan berkata, "mereka berpuasa dari yang ma’ruf dan melahap kekejian.“
Abu Bakar Ash-Shiddiq  berkata :
"Orang yang bakhil atau kikir tidak bisa terlepas dari salah satu tujuh perkara berikut :
1. Ketika ia mati, hartanya akan diwarisi oleh orang yang akan menghabiskan dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak diperintahkan Allah;
2. Allah akan membangkitkan penguasa zhalim yang akan merenggut seluruh hartanya setelah menyiksanya terlebih dahulu.
3. Allah menggerakkan dirinya untuk menghabiskan harta bendanya.
4. Muncul ide pada dirinya untuk mendirikan bangunan di tempat yang rawan bencana, sehingga bangunan tersebut semua harta yang disimpan di dalamnya lalu ludes.
5. Dia ditimpa musibah yang dapat menghabiskan hartanya, seperti tenggelam, terbakar, mengalami pencurian, dan sebagainya.
6. Dia ditimpa penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk berobat.
7. Dia menyimpan hartanya di sebuah tempat, kemudian ia lupa tempat itu, sehingga hartanya hilang."

IV. Batasan bakhil
Banyak orang yang berbicara masalah bakhil dan kedermawanan. Di antara mereka ada yang membatasi bakhil dengan menahan yang wajib. Sedangkan orang yang berbuat sesuai dengan apa yang diwajibkan kepadanya, maka dia tidak disebut orang bakhil. Memang pengertian ini bisa dikata cukup. Orang yang tidak menyerahkan kepada keluarganya kecuali menurut ukuran yang ditetapkan seorang hakim, kemudian dia membuat mereka menderita karena tidak mau menambah bagian untuk keluarganya sekalipun hanya satu suapan atau sebuah korma saja, maka dia termasuk orang bakhil.
Yang benar, orang yang terbebas dari bakhil ialah yang melaksanakan yang wajib menurut syari’at dan hal-hal yang lazim, dengan cara yang terhormat dan disertai kerelaan hati tatkala mengeluarkannya.
Yang wajib menurut ketentuan syariat ialah mengelurkan zakat dan memberikan nafkah kepada keluarga. Sedangkan yang lazim dengan cara yang terhormat ialah dengan tidak merasa sayang terhadap apa yang dikeluarkannya dan menghindari hal-hal yang hina. Gambarannya berbeda-beda menurut perbedaan kondisi dan individu. Sesuatu yang dipandang buruk pada diri orang yang kaya belum tentu dipandang buruk pada diri orang yang miskin. Apa yang dipandang buruk pada diri seseorang karena menyusahkan keluarga, kerabat dan tetangganya dalam urusan makanan, belum tentu dianggap buruk pada diri orang asing. Orang bakhil ialah yang menahan apa yang mestinya dia tidak boleh menahannya, entah atas dasar ketentuan syariat entah atas dasar menjaga kehormatan. Siapa yang melaksanakan ketentuan syariat dan kelaziman kekesatriaan, berarti dia terlepas dari sifat bakhil. Tetapi dia tidak memiliki sifat kedermawanan selagi tidak mau mengeluarkan lebih dari itu.
Bakhil tidak hanya terbatas kaitannya dengan harta semata. Bakhil juga termasuk dalam ilmu dan jabatan. Orang yang tidak mau mengajarkan ilmu yang telah didapatkan kepada orang lain pun disebut bakhil. Begitu juga orang yang tidak mau mengorbankan jabatannya baik untuk kepentingan agama ataupun untuk kepentingan masyarakat maka dia termasuk bakhil.
Bahkan rasulullah  menyatakan orang bakhil adalah orang yang tidak mau membaca shalawat kepada beliau jika nama beliau disebut. Rasulullah  bersabda :
الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Orang bakhil adalah siapa yang mendengar namaku disebut dia tidak mau bershalawat kepadaku.“ (riwayat At-Tirmidzi)

V. Akibat bakhil
Bakhil tidak hanya mendatangkan kerugian di dunia semata, namun di akhirat pun orang bakhil akan mendapat azab karena kebakhilannyan tersebut. Di antara akibat yang ditimbulkan oleh bakhil adalah :
1. Akan sulit mendapatkan kebahagiaan.
2. Hina di hadapan orang lain.
3. Orang yang bakhil akan tersiksa jiwanya, karena selalu memikirkan bagaimana cara agar hartanya bertambah.
4. Hartanya tidak bermanfaat karena hanya ditumpuk saja. Bahkan orang yang sangat bakhil tidak mau hartanya berkurang sedikitpun, walau sekedar memenuhi kebutuhannya sendiri.
5. Pada hari kiamat kelak, harta yang ditumpuknya akan dikalungkan di lehernya sebagai balasan atas kebakhilannya.
6. Harta yang ditumpuknya tidak bermanfaat sama sekali dihadapan allah, melainkan hanya akan mendatangkan kerugian baginya.
7. Kehancuran yang disebabkan peperangan sesama manusia, sebagai mana yang telah menimpa umat-umat terdahulu.

VI. Cara Mengobati bakhil
Semua penyakit pasti ada obatnya. Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali juga menciptakan obatnya. Sebagaimana penyakit yang menimpa jasad manusia yang pasti ada obatnya, penyakit hati pun demikian.
Hal pertama untuk mengobati bakhil adalah dengan mengetahui kebaikan-kebaikan yang akan didapat dari sifat dermawan (suka memberi) serta mengetahui kejelekan-kejelekan yang akan didapat dari sifat bakhil.
Juga perlu diketahui bahwasannya sifat bakhil itu mempunyai sebab-sebab dan motif-motif yang mendorong seseorang bersikap demikian. dan motif yang paling kuat dalam hal ini adalah takut miskin. Maka islam telah menerangkan hal itu dalam banyak ayat dengan ungkapan yang sangat indah dan bijaksana.
Sedangkan sebab yang lain adalah kecintaan terhadap harta. Sedangkan cinta terhadap harta itu ada dua sebab:
1. Cinta kepada nafsu, yang tidak bisa dicapai kecuali dengan memiliki harta dan harapan yang muluk-muluk. Sekalipun dia tidak mempunyai harapan yang muluk-muluk untuk dirinya sendiri, tetapi dia mempunyai anak, maka dia juga termasuk orang yang mempunyai harapan yang muluk-muluk.
2. Cinta hanya semata kepada harta itu. Di antara manusia ada yang mempunyai harta melimpah, cukup untuk kebutuhannya sepanjang hidupl andaikan dia membatasi kebutuhannya yang lazim seperti biasanya, agar hartanya masih banyak atau bertambah banyak, sementara dia pun tidak mempunyai anak dan sudah tua, lalu dia tidak mau membelanjakan hartanya untuk kebutuhan-kebutuhannya, termasuk pula untuk sadaqah, maka ini termasuk penyakit bakhil yang sulit diobati. Perumpamaan orang ini ialah seperti orang yang mencintai orang lain. Ketika utusan orang yang dicintainya datang, dia justru mencintai utusan tersebut dan malalaikan orang yang tadinya dicintai. Dunia ini adalah utusan yang menghantarkan kepada apa yang dibutuhkan. Dia mencintai uang dan lupa kebutuhannya. Tentu saja ini merupakan kesesatan.

VII. Penutup
Sifat bakhil adalah pokok dari semua kehinaan. Menandakan sedikitnya akal dan jeleknya pembinaan. Mengajak manusia kepada kebiasaan-kebiasan yang tercela. Tidak bisa bersatu dengan keimanan dalam hati manusia.
Karena pada hakikatnya kebakhilan akan menyebabkan kehancuran dan rusaknya akhlak manusia. Sebagaimana ia merupakan tanda berburuk sangka kepada Allah. Maka kebakhilan akan menyebabkan seseorang terpisah dengan sahabat-sahabatnya dan jauh dari akhlak para nabi dan orang-orang sholeh.
Maka orang yang bakhil tidak diterima keberadaannya di dunia dan di akhirat akan disiksa. mereka adalah orang yang dibenci oleh Allah dan manusia. Dari sinilah muncul perkataan :
“Kedermawanan seseorang menjadikan musuh-musuhnya cinta kepadanya, sedangkan kebakhilannya menyebabkan anaknya sendiri benci kepadanya.”
Ada juga yang mengatakan, “Bakhil menghilangkan sifat kemanusiaan dan memunculkan kebiasaan hewani.”
Oleh karena itu marilah kita senantiasa berusaha menjauhkan diri kita dari sifat bakhil. Karena ia hanya akan menjauhkan manusia dari kasih sayang Allah dan akan menjadikan orang lain benci terhadap kita. Bahkan seorang anak akan membenci ayahnya sendiri disebabkan oleh kebakhilan yang menyelimuti hati.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari sifat bakhil dan memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang sholeh. Wallahu a’lam

Referensi
1. Al-Qur’an Terjemah
2. Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, Ibnu Katsir, Maktabah Al-Ashriyah, Beirut, Cetakan III Tahun 2000 M.
3. Syarh Riyadhus-Shalihin, Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, Darul Ulum, Mesir, Cetakan I Tahun 2002 M.
4. Kitab Al-Adab Al-Mufrad, Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Maktabah Ma’arif, Riyadh, Cetakan I Tahun 1998 M.
5. Minhajul Qosidhin jalan orang-orang yang mendapat petunjuk, Ibnu Qudamah, Pustakan Al-Kautsar, Jakarta, Cetakan I Tahun 1997 M.
6. http:\www. Islamweb.net



0 komentar:

Arrahmah.Com - Technology

Arrahmah.Com - International

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP