PARANORMAL (TUKANG RAMAL) PENJUAL AGAMA

>> Senin, 09 Maret 2009

Akhir-akhir ini banyak sekali para tukang ramal atau tukang sihir atau dukun yang mengaku-ngaku sebagai seorang tabib. Ada yang mengaku bisa mengobati berbagai macam penyakit; memberikan jalan keluar bagi orang yang mempunyai masalah baik masalah jodoh, keuangan dan lain-lain. bahkan ada yang mengaku bisa mengetahui masa depan orang lain.

Semua itu dibungkus dengan berbagai macam tipu daya. Sehingga masyarakat menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah dan tidak berpengaruh bagi keimanan seseorang. Bahkan ada sebagian masyarakat yang hampir segala urusannya haruslah mendapat legetimasi dari para tukang ramal yang ia yakini kesaktiannya.
Anak muda banyak yang terobsesi dengan ramalan bintang. Sedang yang tua sangat bergantung dengan primbon dan segala macam yang berbau klenik. ada juga ramalan-ramalan yang dibungkus dengan berbagai hal yang ilmiah sehingga orang yang terjerumus di dalamnya tidak merasa telah jatuh ke dalam hal yang dimurkai oleh Allah .
Mengingat pentingnya hal ini dan juga akibat yang akan didapat oleh orang-orang yang terjerumus di dalamnya. Baik si peramal itu sendiri atau pun orang-orang yang memanfaatan jasa mereka. Maka kami akan sedikit memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan hal ini.
Pengertian paranormal (peramal)
Paranormal adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan dalam memahami, mengetahui dan mempercayai hal-hal yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.
Paranormal dalam bahasa arab disebut dengan ‘arraaf atau kahin. ‘arraaf adalah yang mengaku mengetahui kejadian yang telah lewat, yang bisa menunjukkan barang yang dicuri, atau tempat kehilangan suatu barang. Sedangkan kahin adalah orang yang memberitakan hal-hal ghaib yang akan terjadi atau sesuatu yang terkandung di hati.
Syeikhul islam ibnu taimiyah mengatakan bahwa ‘arraaf , kahin, munajjim dan ahli nujum adalah nama yang sama untuk pengertian dua hal di atas.
Imam Ahmad berkata : “al-‘arraaf adalah bagian dari sihir, namun tukang sihir lebih keji.”
Dukun, tukang ramal dan paranormal sama-sama orang yang mengaku mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Baik yang lalu atau pun yang akan datang. Mereka mendapatkan kabar-kabar itu dari syetan. Mereka mengatakan, “akan terjadi begini, akan terjadi begitu.” Seolah-olah ia tahu segala hal yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Namun ada perkara-perkara yang belum terjadi dan bisa diperkirakan akan terjadi pada saat-saat tertentu. Seperti akan terjadi gerhana, terbit dan tenggelamnya matahari dan semua hal yang bisa diperkirakan dengan menghitungnya. Maka itu semua bukan termasuk dalam perdukunan dan peramalan.

Dalil-dalil yang berkaitan dengan hal ini dan penjelasannya
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ لَمْ يُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا

“Barang siapa mendatangi ‘arraaf (tukang ramal) dan menanyakan kepadanya tentang sesuatu tidak dan membenarkannya tidak akan diterima sholatnya selama empat puluh hari.”
Dhohir hadits ini mengatakan bahwa mendatangi tukang ramal, dukun dan sebangsanya, maka shalatnya tidak diterima selama 40 hari. Maka mendatangi dan bertanya kepada tukang ramal, dukun, ataupun para normal bisa dibagi menjadi 4 keadaan.
1. Bertanya kepada mereka tanpa membenarkan. Ini hukumnya haram. Karena pelakunya diancam tidak diterima shalatnya selama 40 hari, dan sesuatu mendatangkan ancaman menunjukkan keharamannya.
2. Bertanya dan membenarkannya. Maka hal ini bisa menjadikan palakunya kafir. Karena ia menyakini bahwa tukang ramal itu mengetahui hal yang ghaib dan otomatis mendustakan Al-Qur’an yang menetapkan bahwa tiada seorang pun yang mengetahui yang ghaib kecuali Allah .
3. Bertanya untuk mengujinya. Hal ini diperbolehkan karena tidak termasuk yang disebutkan dalam hadits di atas.
4. Bertanya untuk mengungkap kebohongan dan kelemahannya. Maka yang demikian sangat dianjurkan bahkan bisa menjadi sebuah keharusan.

]لَمْ يُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا[
“Tidak diterima shalatnya selama 40 hari”
Inilah keadaan orang yang bertanya kepada tukang ramal atau dukun, jika demikian maka bagaimana keadaan orang yang ditanya?
Imam An-Nawawi berkata: “maksud hadits di atas adalah tiada pahala sholat bagi pelakunya. Jika dia menjalankan sholat maka hal itu hanya menggugurkan kewajibannya untu menjalankan sholat. Dan tidak perlu mengqodho (mengulangi) sholatnya. Hadits ini harus diartikan demikian, karena para ulama bersepakat bahwa orang yang mendatangi tukang ramal tidak harus mengulangi shalatnya selama empat puluh malam. Dalam hadits tersebut ada larangan mendatangi dukun dan sejenisnya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَالْحَسَنِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari abu hurairah dan hasan dari Nabi  berkata: “barang siapa yang mendatangi kahin (dukun) atau ‘arraaf (tukang ramal) dan membenarkan apa yang dikatakannya, sungguh ia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad .”
Kafir dengan apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad  berarti ia telah kafir dengan salah satu ayat Al-Qur’an yaitu,
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
“Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah",(Qs. An-Naml : 65)
Sedangkan orang yang kafir dengan salah satu ayat Al-Qur’an berarti ia telah kafir dengan kalam Allah. Dan orang yang kafir dengan kalam Allah berarti kafir dengan Allah .
Maka barang siapa membenarkan seorang dukun bahwa ia memiliki pengetahuan terhadap hal-hal yang ghaib, padahal ia tahu bahwa tidak ada yang mengetahui yang ghaib kecuali Allah maka ia telah masuk dalam kekafiran yang besar yang mengeluarkan pelakunya dari dien. Namun jika itu dikarenakan kebodohannya dan tidak menyakini adanya kebohongan sedikit pun dalam Al-Qur’an maka ia masuk dalam kufrun duna kufrin (kafir yang tidak mengeluarkan pelakunya dari dien).

Mereka para penjual dien
Menurut sebagian ulama’, termasuk Ibnu Taimiyah, dukun, tukang ramal, ahli nujum, dan paranormal adalah mempunyai makna yang sama. Mereka adalah orang yang mengaku mengetahui hal-hal yang ghaib, baik perkara-perkara yang telah lalu atau yang akan datang. Para dukun ini mendapatkan kabar dari para syetan yang mencuri-curi dengar dari langit. Oleh dukun kemudian kabar itu disampaikan kepada manusia. Maka ketika hal itu benar-benar terjadi orang-orang yang lalai menganggap bahwa si dukun tersebut mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Maka kemudian setiap perkara yang menimpa mereka selalu dikembalikan kepada si dukun. Padahal dukun-dukun itu pada hakikatnya adalah pendusta. Satu kebenaran yang ia sampaikan selalu dibarengi dengan 100 kebohongan.
Para dukun, tukang ramal dan yang semisal mereka tidak akan terlepas dari dua hal. Meminta bantuan kepada syetan-syetan atau melakukan kebohongan yang sangat besar. Jika mereka meminta bantuan kepada syetan-syetan itu maka ia telah berbuat suatu kesyirikan. Dan jika mereka melakukan kebohongan dengan mengaku mempunyai pengetahuan terhadap perkara-perkara yang ghaib maka hal ini bisa mengeluarkannya dari dienul islam.
Keadaan mereka yang seperti ini tidak jauh berbeda dengan keadaan para tukang sihir yang melakukan praktek-praktek sihirnya dengan bantuan dari syetan. Para tukang sihir itu telah menjual dien mereka dengan praktek-praktek sihir yang dipenuhi kedustaan terhadap ayat-ayat Allah. Maka mereka tidak akan mendapatkan keberuntungan di akhirat kelak disebabkan perbuatannya.
Allah  berfirman,
وَلَقَدْ عَلِمُواْ لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ
“sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat” (Qs. Al-Baqoroh : 102)
Namun yang sangat memprihatinkan, pada saat ini banyak orang yang meremehkan dan tidak peduli dengan perkara ini. Para dukun, tukang ramal dan para pengikutnya bebas berkeliaran di mana-mana dengan sombong karena manusia memuji mereka. Padahal mereka adalah orang yang telah menjual dien mereka dengan harga yang sangat murah.
Kadang para dukun dan tukang ramal ini mengaku bahwa mereka adalah wali Allah dan ilmu yang dimilikinya adalah karomah. Tidak diragukan lagi bahwa orang yang mengaku sebagai wali yang berdalil dengan keghaiban yang ia beritakan, maka ia adalah wali syetan dan bukan wali Allah. Karena sesungguhnya karomah adalah sesuatu yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya yang bertakwa, bisa dengan doa atau dengan amal shalih, bukan hasil buatan wali itu sendiri dan bukan dengan kehendaknya. Lain halnya dengan orang yang mengaku wali Allah dan berkata kepada orang-orang, “ketahuilah bahwa saya adalah orang yang mengetahui sesuatu yang ghaib”, karena hal-hal seperti ini terkadang dihasilkan melalui sebab-sebab yang telah disebutkan dan sebab-sebab itu adalah sesuatu yang haram dan bohong.
Dan lebih parahnya lagi, manusia telah telah tertipu dengan perbuatan mereka yang dibumbui dengan berbagai macam kebohongan. Bahkan banyak sekali iklan-iklan komersil yang telah berani mempromosikan mereka dan praktek perdukunannya. Baik di media elektronik atau pun media cetak. Sungguh ini merupakan tolong-menolong dalam kejahatan dan kekufuran.

Kesimpulan
1. tidak akan berkumpul antara membenarkan para dukun dan tukang ramal dengan iman terhadap Al-Qur’an. Diambil dari sabda Rasul : “barang siapa mendatangi dukun dan membenarkan apa yang dikatakannya maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad .” Sedangkan mendustakan Al-Qur’an adalah kekufuran yang paling besar.
2. sudah jelas bahwasannya mendatangi para dukun dan tukang ramal adalah perbuatan kufur. Diambil dari sabda beliau : “maka telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada muhammad .”
3. perbedaan ulama dalam mamaknai kahin dan ‘arraaf.
a. pendapat pertama : ‘arraaf adalah kahin, yaitu orang yang memberi kabar tentang perkara-perkara ghaib yang akan terjadi. Dua kata ini adalah sinonim dan tidak ada perbedaan di antara keduanya.
b. Pendapat kedua: ‘arraaf adalah orang yang biasa dimintai petunjuk untuk mengetahui perkara-perkara yang telah terjadi dan juga dimintai petunjuk tentang barang-barang yang hilang dan tempatnya. Maka ‘arraaf lebih umum dari kahin, karena ia mencakup kahin.
c. Pendapat ketiga: ‘arraaf adalah yang mengabarkan hal-hal yang tersembunyi. Sedangkan kahin adalah yang mengabarkan hal-hal yang ghaib di masa yang akan datang.
Maka bisa ditarik kesimpulan dari pendapat-pendapat di atas bahwa ‘arraaf adalah kahin. Atau ‘arraaf lebih umum dari kahin. Atau ‘arraaf khusus untuk masalah yang telah lalu dan Kahin khusus masalah yang akan datang. Wallahu a’lam

Maraji’:
1. Al Qur’an Al Karim Dan Terjemahannya, Depag
2. Al-Qulul Mufid syarh Kitabut-Tauhid, Muhammad Bin Sholih Al-Utsaimin, cetakan pertama th. 2004, Darul Aqidah, Cairo.
3. Taisir Al-Aziz Al-Hamid,
4. Fathul Majid,
5. fathul Majid Penjelasan Kitab Tauhid (Membersihkan Akidah Dari Racun Syirik), Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh, cetakan kesebelas thn 2007, Pustaka Azzam, Jakarta.
6. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Read More..

Ramalan Zodiac, Iseng Atau Butuh

>> Rabu, 04 Maret 2009

Kayaknya kamu udah pada kenal dan apal betul dengan “makhluk” yang satu ini. Malah nama-nama bintangnya bisa jadi udah pada hapal di luar kepala; Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricornus, Aquarius, dan Pisces. Urusan zodiak (rasi bintang) ini boleh jadi malah merupakan bagian dari rutinitas dalam kehidupan kamu. Ya, ibarat sistem lah, berarti bila kamu kelewatan sekali aja nggak baca ramalan zodiak di majalah kesayangan kamu, pasti merasa ada sesuatu yang kurang atau hilang dalam dirimu. Bener nggak? Hih, kayak apa aja ya?

Emang, ada temen remaja yang bilang bahwa keberadaan rubrik zodiak di majalah bisa menjadi alternatif bacaan, terutama pas lagi bete. Dengan alasan sekadar iseng aja. Tapi ya, namanya juga ramalan, bisa bener, bisa juga kacau. Karena bisa jadi pembuatnya pun ngarang alias asal aja. Meski demikian, anehnya bagi beberapa temen, “kibulan” itu suka dipercayai, lho. Coba aja liat, banyak temen remaja yang demen banget dengan ramalan ini. Buktinya, di majalah remaja pasti ada aja rubrik zodiaknya. Karena katanya nggak seru dong bila nggak ada rubrik ramalan ini. Sudah barang tentu, ramalannya pun berkaitan dengan seputar sisi-sisi kehidupan ABG; bisa asmara, kesehatan, doku (baca: keuangan), karir apa yang cocok dijalani, juga gambaran secara umum nasib orang yang lahir dengan bintang tertentu selama seminggu ke depan.
Coba, gimana nggak seru, kita bisa mengetahui perkiraan nasib kita selama seminggu ke depan. Bagi yang percaya bisa jaga-jaga apa yang bakal dilakukan bila kondisinya seperti itu. Makanya nggak heran bagi remaja yang lagi bete, ramalan zodiak ini bisa menjadi bacaan penghibur sekaligus harapan. Tapi tunggu dulu, itu juga bisa membikin kita jadi pemimpi, lho. Kok bisa? Ya, kamu perhatiin deh, temen kamu ada yang langsung percaya aja dengan apa yang ditulis di ramalan zodiak. Maka nggak heran bila tiba-tiba ngedapetin temen kamu wajahnya sumringah banget pas udah baca zodiak, karena kebetulan pas bagian zodiak doi ramalannya bikin enak ati. Tapi sebaliknya, bila ramalannya malah bikin bete, wajahnya bisa dilipat hingga nggak karuan-karuan bentuknya. Padahal kan belum tentu kejadiannya seperti itu.
Emang, siapapun pasti seneng dong kalo dikasih kabar gembira. Apalagi bila itu menyangkut soal asmara, keuangan, dan kesehatan. Wuih, kayaknya tenang banget hidup ini. Padahal nggak semua yang ditulis itu masuk akal, kadang malah main nyocok-nyocokin aja. Karena emang nggak ada standarnya. Selain itu, karena nasib manusia emang nggak bisa diramal oleh manusia itu sendiri. Itu sebabnya persoalan ini termasuk ke dalam wilayah ghaib, alias kita nggak bakalan tahu. Suer, karena sampai kapan pun Allah swt. nggak bakalan ngasih bocoran kepada kita tentang umur, rizki, jodoh, bahagia or sedih. Allah Swt. nggak bakalan ngebisikin kepada kita bahwa umur kita sekian tahun, terus usaha kita bakal bangkrut atau tidak, asmara bakal bikin kita kecewa atau malah bahagia, lalu kesehatan memburuk atau nggak, terus jodohnya dengan si anu, dan persoalan lainnya. Semua itu kita nggak akan mengetahuinya, paling yang mampu dilakukan manusia adalah menerka-nerka. Tapi ya, namanya juga menerka alias menebak, pasti unsur gambling-nya (untung-untungannya) tinggi banget. Boleh jadi malah kepleset dan salah ngasih ramalan. Misalnya aja, si pembuat zodiak itu menjelaskan bahwa karir kamu nanti yang cocok adalah di bagian ADM (maksudnya administrasi), kamu kan seneng tuh. Mungkin udah sampe nyiapin selametan segala. Nah, tapi pada kenyataannya kok lain. Emang kerja sebagai ADM juga sih, tapi ini malah singkatan dari Angkat, Dorong, Manggul (ih, kejam amat ya?)
Iseng atau emang butuh?
Soal zodiak ini, kayaknya batas antara iseng dengan butuh jadi tipis deh. Kenapa? Soalnya, meski sebagian besar teman kamu bilang bahwa membaca ramalan zodiak itu sekadar iseng, tapi kok sering percaya dan main nyocok-nyocokin aja dengan apa yang ditulis di situ. Suer, kan jadi aneh ya? Bilangnya iseng tapi sering dipercaya. Kalo begitu berarti butuh dong? Bisa jadi. Nah, maka di sini kita kudu hati-hati. Pokoknya jangan mudah tergoda deh. Emang sih, siapa yang nggak heboh kalo tahu sebelumnya tentang masa depan kehidupan kita lewat ramalan. Kita jadi bisa siap-siap ngadepinnya. Nggak usah bingung, gitu lho. Tapi benarkah? Jangan-jangan cuma menghibur hati kamu yang lagi bete aja tuh. Iya nggak?
Bagi sebagian teman remaja yang sulit membedakan antara iseng dengan butuh, itu bisa disebabkan karena doi seringkali menemukan bahwa ramalan tersebut ada benarnya. Padahal itu kan cuma kebetulan aja alias nggak pasti. Karena kalo pasti, berarti setiap apa yang disebutkan bakal terjadi, bukan cuma nebak-nebak aja. Ya, kayak main lotre lah, kita nebak keberuntungan kita. Siapa tahu dapat hadiah yang lebih gede nilainya. Jadi emang untung-untungan sebenarnya. Makanya, sebetulnya bukan iseng, tapi malah sudah mengarah kepada kebutuhan hidup dan dijadikan pegangan hidup. Kalo udah begitu, wah alamat kita bakal kecanduan dengan kibulan para pembuat ramalan itu.
Melihat fakta bahwa masyarakat banyak yang membutuhkan, akhirnya ada yang nekat membuka usaha ramalan itu (selain rubrik zodiak di majalah, lho). Bahkan kemasan jualannya menarik juga. Malah profesional, lho. Coba aja perhatiin, sekarang di televisi aja ada iklan yang berkaitan dengan ramalan nasib kita yang dilihat dari kapan kita lahir; tangal berapa, bulan apa, lalu dicocokin dengan nama bintangnya. Setelah itu si peramal seolah-olah bikin kita-kita meyakininya. Karena selanjutnya doi ngoceh ngomongin soal karir kita, soal asmara, kesehatan, sampai keuangan. Pokoknya hal-hal yang berkaitan dengan hajat hidup kita di dunia ini. Coba, siapa yang nggak tertarik?
Malah tak jarang untuk mendapatkan peruntungan nasibnya di masa depan, banyak remaja yang rela merogoh sakunya dalam-dalam untuk menebus ramalan itu. Harganya? Wow, kalo yang di telepon tarif premium bisa gila-gilaan mahalnya. Gimana nggak, bandrolnya aja ada yang sampai tiga rebu perak per menit. Bayangkan kalo kamu nelponnya keasyikan–setengah jam misalkan. Wah, berapa tuh uang yang bakal kamu keluarkan. Ih, tekor juga ya. Padahal itu belum tentu, lho. Udah tekor, kamu bisa terjerumus ke dalam kemusyrikan lagi. Tahu kan musyrik? Itu lho, membuat tandingan selain Allah untuk disembah dan dijadikan tempat meminta pertolongan. Karena kalo kita percaya banget sama omongan dukun itu, berarti kita telah menduakan Allah Swt. Karuan saja ini terkategori sebagai dosa besar. Allah akan murka kepada hamba-Nya yang begitu. Ya, kita aja suka cemburu kalo ada temen kita yang nyuekkin kita. Terus parahnya, temen kita malah berbaik-baik dengan temen lain. Kan gondok juga ya? Apalagi sampe bener-bener melupakan kita. Wah, itu sih urusannya bikin gerah ubun-ubun kita. Bisa jadi kita kesel seumur-umur, dan menyimpan dendam yang mengkarat (ciiieee, kayak di cerpen aja ya?) Pokoknya, gondok abis deh.
Jadi mulai sekarang kamu kudu hati-hati dan harus bisa membedakan antara iseng dengan butuh. Tapi ya, meski cuma iseng buat apa?آ kamu lakukan juga. Karena khawatir nanti keterusan percaya, akhirnya jadi butuh juga deh. Bikin berabe aja ya?
Jangan percaya dukun
Dalam masyarakat sunda terkenal pepatah yang berkaitan dengan dukun. Bunyinya: “Dukun lintuh panyakit matuh”, artinya, dukun gemuk, sementara penyakit tetap bercokol. Dengan kata lain, dukun itu cuma makan duitnya doang, sementara usaha untuk menghilangkan penyakit nggak ada hasilnya. Ini untuk menggambarkan bahwa dukun cuma ngibul doang. Kalo pun suatu saat tebakannya benar, itu cuma kebetulan aja, Brur. Contohnya aja dulu banyak orang keblinger untuk mendapatkan nomor kode buntut, pas rame-ramenya judi terselebung (PORKAS dan SDSB). Nah, yang kebanjiran order adalah para dukun untuk dimintai fatwanya. Nomor berapakah yang bakal muncul. Anehnya banyak yang percaya tuh. Bener-bener jaman edan. Kalo emang dukun itu tahu, udah aja dia masang sendiri, nggak usah ngasih bocoran ke orang lain. Ini membuktikan bahwa emang dukun itu juga nggak tahu apa-apa, dan emang tukang kibul.
Nah, kalo sikap kita kepada ramalan zodiak seperti itu juga, berarti kita pun nggak ada bedanya dengan orang-orang yang telah lebih dulu percaya sama dukun alias tukang ramal. Pokoknya nggak usah melibatkan dirimu dalam kancah ramal-meramal; kamu nggak boleh percaya bualan mereka yang membuat ramalan di zodiak atau malah mendatangi dukun secara langsung. Hih, amit-amit deh. Terus terang, bahwa manusia siapa pun ia nggak tahu dan nggak bakal dikasih tahu sama Allah tentang masa depan kehidupan dunianya; rizki, bahagia, sengsara, jodoh, usaha, dan juga kematian. Nggak ada yang tahu kecuali Allah. Kenapa? Karena?آ masalah ini termasuk ke dalam wilayah ghaib. Firman Allah Swt.:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS. al-An’am [6]: 59)
Dalam ayat lain diterangkan bahwa Allah tidak akan memberi semacam bocoran kepada manusia tentang masa depan kehidupannya, kecuali hanya kepada Rasul yang diridhoi-Nya. Firman Allah Swt.:
إ“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. al-Jin [72]: 26-27)
Imam al-Qurthubi menyebutkan ketika menafsirkan ayat tersebut bahwa ramalan bintang tak ada faedahnya sama sekali, dan tidak menunjukkan celaka atau bahagia (seseorang). Ramalan tersebut tiada lain adalah penentangan terhadap al-Quran yang agung. Sikap penentangan terhadap al-Quran ini berarti telah menghalalkan darah orang yang melakukan ramalan perbintangan itu.
Ali bin Abi Thalib pernah dilarang oleh seseorang untuk tidak bepergian dengan alasan bahwa bulan sedang pada posisi Scorpio. Dan itu akan mengakibatkan bencana bagi Ali r.a. dan para sahabatnya. Tapi sahabat Nabi ini tidak mempedulikan saran orang tersebut, kemudian beliau berkata: Kami mendustakan dan menyalahi perkataanmu. Kami akan berangkat pada waktu yang kamu larang untuk berangkat. Ali kemudian menghadapkan dirinya pada orang banyak dan berkata: “Wahai manusia, hindarkanlah diri kalian dari belajar ilmu perbintangan, kecuali apa yang dapat menunjuki kalian di kegelapan darat dan laut. Seorang peramal bintang (ahli nujum) tak lain adalah seperti tukang sihir, sedangkan tukang sihir adalah seperti orang kafir, dan orang kafir tempatnya di neraka…. (kitab Nahjul Balaghah juz I, hlm. 128).
Kalo pun mereka suka benar dengan tebakannya. Tetep aja nggak bisa dipercaya. “Dan dari Aisyah, ia berkata: “Rasulullah Saw. pernah ditanya oleh sekelompok manusia tentang masalah tukang tenung (sihir), maka jawabnya: ‘Mereka bukan apa-apa,’ mereka pun bertanya lagi: ‘Ya Rasulullah sesungguhnya mereka itu kadang-kadang menceritakan sesuatu yang ternyata benar.’ Maka jawab Rasulullah saw: ‘Kalimat itu dari Allah yang dicuri oleh Jin lalu diulang-ulanginya ke telinga kekasihnya dengan dicampur 100 kedustaan.” (HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim dalam kitab Terjemah Nailul Authar Juz VI, halaman 2686).
Ramalan zodiak ini kelihatanya kayak nggak bermasalah, karena kamu nggak mendatangi dukun yang emang tampangnya bikin serem dan misterius. Bisa jadi malah yang bikin zodiak itu tampangnya nggak amit-amit, tapi imut-imut. Terus nggak keliatan kumuh, tapi malah perlente. Terus kamu juga mungkin bisa beralasan bahwa toh hanya sekadar iseng dan main-main doang. Pokoknya cuma nyenengin ati yang lagi bete aja. Tapi inget lho, suatu saat itu bisa juga menyeret kamu untuk mempercayaianya. Kalo udah begitu, apa bedanya dengan yang percaya sama dukun dan tukang ramal lainnya. Jadi kudu hati-hati. Kalo pun boleh iseng atau main-main, ya jangan yang bisa merusak akidah. Berbahaya bin gaswat. Terus bagaimana Islam memandang para tukang sihir atau yang cuma iseng jadi tukang ramal? Islam tentu aja bakal menjatuhkan sanksi. Soalnya, kalo cuma aturannya aja tanpa ada sanksi, ibarat ular tanpa bisa. Hukuman bagi yang benar-benar tukang sihir adalah hukuman mati, sebagaimana dalam sebuah hadits; “Hukuman terhadap tukang sihir itu dipenggal lehernya dengan pedang. (HR. Tirmidzi dan Daruqutni).
Nah, daripada kita terbuai oleh ramalan bintang yang emang cuma bualan dan bikin akidah Islam kita cacat, mendingan energi kamu disalurkan buat belajar tentang Islam. Islam sebagai akidah dan syariat. Itu berarti, selain kamu telah melaksanakan salah satu kewajiban–yakni mencari ilmu–kamu juga bisa lebih pandai dari orang yang nggak belajar. Walhasil, kita bakal tahu, mana yang boleh dilakukan dan mana yang dilarang untuk dilakukan. Nah, mulai sekarang, tinggalin deh kebiasaan kamu percaya sama ramalan zodiak. Soalnya takut keterusan percaya. Bisa dosa lho. Dan, yang pasti emang itu nggak ada gunanya. Tinggalin deh!
(Diambil dari www.gaulislam.com)

Read More..

Mush’ab bin umair Potret keberhasilan seorang da’i

>> Selasa, 03 Maret 2009

Keberhasilan suatu kegiatan dakwah sangat dipengaruhi oleh kualitas dari para pengemban dakwah itu sendiri. Hal ini tidak dapat dipungkiri dan sudah dibuktikan pada masa Rasulullah . Para sahabat beliau  adalah manusia pilihan yang memiliki kepribadian yang sangat menakjubkan. Mereka inilah manusia-manusia yang dengan senang hati mengorbankan apa pun yang dimiliki demi kemajuan dakwah islam.
Pada umumnya para sahabat  adalah orang-orang yang baik dan mulia. Namun masing-masing dari mereka memiliki kelebihan sendiri-sendiri yang tidak dimiliki oleh yang lain. Begitu juga dengan pemuda yang satu ini. Ia merupakan sosok yang sangat dihormati di kalangan penduduk mekkah sebelum ia masuk islam. Pakaiannya senantiasa bersih, rapi dan wangi. Rambutnya yang hitam selalu disisir rapi. Kemampuannya berbicara yang memancarkan kewibawaan. Dengan segala kelebihan yang ia miliki menjadikan para penduduk mekkah selalu merindukannya dan senantiasa menjadi bahan pembicaraan para gadis.
Maka tidak salah rasulullah  memilihnya untuk medakwahkan islam di madinah. Bahkan Ia adalah duta pertama rasulullah  yang mampu menjadikan sebagian besar penduduk madinah menerima dienul islam.
Ia adalah sosok sahabat yang sangat mulia. Islam telah mengubah total hidupnya. Dari keadaan yang penuh dengan kemewahan yang tidak dirasakan oleh anak muda pada saat itu menjadi seorang pemuda yang sangat zuhud terhadap dunia.

Nasabnya
Mush’ab bin Umair bin Hashim bin Abd Manaf bin Abdil Daar bin Qushai bin Kilab bin Murrah Al-Qurasyi Al-Abdary. Kuniahnya adalah Abu Abdillah. Dia adalah sahabat Rasulullah  yang sangat terkenal dan menjadi teladan bagi umat islam sepanjang zaman.
Mus’ab bin umair adalah salah seorang di antara sahabat Nabi Muhammad . Ia bagaikan mawar suku Quraisy, yang terpandai dan tertampan. Para ahli sejarah melukiskannya sebagai “penduduk Mekah yang sangat mempesona.”
Ia lahir dan dibesarkan dalam kemewahan serta tumbuh dalam keadaan yang serba kecukupan. Mungkin tidak ada seorang anak-anak pun di Mekah yang dimanjakan oleh kedua orang tuanya seperti yang dialami Mus’ab bin Umair. Anak muda yang periang ini, hidup mewah dan dimanjakan oleh kedua orang tuanya serta menjadi Buah bibir gadis-gadis Mekkah. Ia pun merupakan permata kaumnya yang disegani dan dihormati.

Keislaman dan kehidupannya setelah masuk islam
Suatu hari, anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar di kalangan penduduk mekkah mengenai Muhammad Al-Amin, bahwa Allah telah mengutusnya sebagai pembawa berita gembira dan peringatan untuk mengajak mereka menyembah kepada Allah . Ketika perhatian penduduk Mekkah terpusat pada berita itu, tidak ada yang menjadi pembicaraan mereka selain Nabi Muhammad  dan ajarannya. Mush’ab sendiri merupakan pendengar yang penuh perhatian.
Ia telah sering mendengar kalau Nabi  dan para pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang jauh dari gangguan para pemimpin Quraisy yaitu di Ash-Shafa di rumah Al-Arqam bin Al-Arqam (Daar Al-Arqam). Dia tidak membuang waktu dan pada suatu malam pergi ke Darul Arqam dengan perasaan rindu dan khawatir. Di sana, Nabi Muhammad  bertemu dengan para sahabat, membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan shalat. Ketika Mush’ab baru duduk dan merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan oleh Nabi Muhammad , hatinya menjadi terpesona dan kagum.
Hampir saja ia terangkat dari tempat duduknya karena dipenuhi oleh perasaan gembira yang luar biasa. Tapi Rasulullah  menepuk dadanya dengan tangan kanannya, hingga hatinya menjadi tenang dan damai bagaikan kedalaman laut yang tenang. Dalam sekejap mata, pemuda yang baru saja memeluk islam itu tampak lebih bijaksana jika dibandingkan umurnya yang masih muda dan mempunyai kebulatan tekad yang mampu mengubah perjalanan sejarah.
Ibunda Mush’ab yaitu khunas binti Malik yang ditakuti oleh para penduduk Mekkah karena memiliki kepribadian yang kuat. Ketika Mush’ab memeluk islam, tidak ada satu orang pun yang ditakutinya di dunia ini selain ibunya. Bahkan penduduk mekkah beserta semua berhala-berhalanya, para bangsawan dan padang pasir menantangnya, ia akan menghadapinya. Tetapi untuk berselisih dengan ibunya merupakan sesuatu yang tidak mungkin, sehingga ia berpikir dan akhirnya memutuskan untuk menyembunyikan keislamannya sampai Allah menghendaki. Ia senantiasa pergi ke Darul Arqam dan mendapat pelajaran dari Nabi Muhammad . Ia merasa puas dan bahagia dengan keimanannya dan dapat menghindari kemarahan ibunya yang belum mengetahui keislamannya.
Bagaimanapun, kota Mekkah pada saat itu tidak dapat menyimpan rahasia. Mata dan telinga kaum Quraisy di mana-mana, bersiap dan mengikuti setiap jejak kaki di tanahnya. Pada waktu itu, Utsman bin Thalhah, melihatnya memasuku rumah Al-Arqam secara sembunyi-sembunyi, lalu pada hari yang lain ia melihatnya shalat seperti muhammad. Segera ia menyampaikan kepada ibu Mush’ab, yang merasa kaget atas berita tersebut.
Mush’ab berdiri di depan ibunya serta para penduduk dan bangsawan mekkah yang berkumpul mengelilinya, menyampaikan kepada mereka kebenaran yang tidak terbantah dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah mencucikan hatinya dan mengisinya dengan kemuliaan, kebijaksanaan, kejujuran dan ketakwaan.
Ketika ibunya bermaksud menamparnya, tangannya yang bagaikan anah panah tiba-tiba luluh pada sebuah kekuatan cahaya yang membuat wajah Mush’ab telah bersinar dengan keagungan. Bagaimanapun, ibunya yang berada di bawah tekanan tradisi turun-temurun, tidak jadi memukulnya, meskipun menjadi kekuasaannya untuk membela tuhan-tuhan yang telah ditinggalkan anaknya. Sebagai gantinya, ia membawa Mush’ab ke salah satu sudut rumah dan mengurungnya. Mush’ab dikurung di sana sampai akhirnya ia mendengar berita tentang hijrahnya beberapa orang muslim ke Habsy. Ia mencari akal dan berhasil memperdaya ibu serta para penjaganya lalu pergi ke Habsy.
Ia tinggal di sana bersama kaum muslimin yang lain, kemudian kembali ke Mekkah. Ia juga ikut hijrah yang kedua kalinya bersama para sahabat atas perintah Rasulullah . Baik di Mekkah maupun di Habsy, keimanannya makin bertambah.
Mush’ab merasa yakin bahwa hidupnya telah cukup baik untuk dipersembahkan sebagai pengorbanan kepada sang pencipta dan Penguasa alam semesta. Pada suatu hari ia tampil di hadapan kaum muslimin yang sedang duduk di sekitar Nabi Muhammad , dan ketika mereka melihatnya mereka menundukkan kepala dan meneteskan air mata, karena melihatnya mengenakan jubah yang telah usang. Mereka mengingatkan penampilannya sebelum masuk islam di mana pakaiannya bagaikan bunga-bunga taman, sangat bagus dan harum.
Nabi Muhammad  menyaksikannya dengan pandangan yang penuh arti, rasa syukur dan cinta, dan bibirnya tersungging dengan anggun seraya berkata: “saya melihat Mush’ab dahulu, tidak ada anak-anak di mekkah yang dimanja orang tuanya seperti dia. Tetapi sekarang ia menanggalkan semuanya demi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Ibunya telah menghentikan semua kesenangan yang pernah diperolehnya, karena ia tidak dapat mengembalikan Mush’ab kepada agamanya. Ia menolak siapa pun yang telah meninggalkan berhalanya untuk memakan makanannya, bahkan oleh anak kandungnya sendiri. Hubungan terakhir antara ibunya dan Mush’ab adalah ketika ibunya hendak mengurungnya yang kedua kali setelah kembali dari Habsy dan ia berjanji bahwa jika ibunya melakukan hal tersebut maka ia akan membunuh orang-orang suruhan ibunya. Ketika tahu kebulatan tekad putranya yang telah mengambil keputusan, maka ia-pun melapaskan Mush’ab dengan tetesan air mata.
Peristiwa tersebut melukiskan kegigihan ibunya yang berusaha mempertahankan kekafiran serta sebaliknya kesetiaan dan ketaatan Mush’ab mempertahankan keimanan. Ketika ibunya berkata kepada Mush’ab—pada saat mengusirnya dari rumah: “pergilah! aku bukan ibumu lagi.” Maka Mush’ab menghampiri ibunya dan berkata: “ wahai ibuku, saya telah menasihati dan mengasihanimu, mohon saksikanlah bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” Ibunya menyahut kepadanya dengan sangat marah: “Demi bintang, aku tidak akan pernah memeluk agamamu, menurunkan statusku dan melemahkan pikiranku.”
Mush’ab pun meninggalkan hidup penuh kesenangan dan memilih hidup miskin dan sengsara. Ia merasa puas dengan kehidupan keras yang belum pernah dialami sebelumnya, mengenakan pakaian yang usang, makan sehari dan menderita lapar beberapa hari. Semangat ini, yang telah didasari oleh keimanan yang kuat, dihiasi oleh cahaya ilahi dan telah mengubah dirinya menjadi seorang manusia dan pribadi yang lain.

Keberhasilannya dalam berdakwah
Ketika ia berada pada keadaan ini, Rasulullah  mengangkatnya untuk sebuah misi besar dalam hidupnya, yaitu menjadi duta ke Madinah. Misinya adalah mengajar kaum Anshar yang telah beriman dan bai’at kepada Rasulullah  di Aqabah, mengajak yang lain untuk masuk islam dan mempersiapkan penyambutan hijrah Rasulullah . Pada saat itu terdapat beberapa sahabat Rasulullah  yang lebih tua, lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan rasulullah  dibanding Mush’ab. Tetapi beliau memilih Mush’ab yang baik dan mempercayakan tugas penting pada saat itu, menyerahkan ke tangannya nasib islam di Madinah, suatu kota yang ditakdirkan menjadi tempat hijrah, batu loncatan para da’i islam dan pembebas masa depan.
Mush’ab memikul tugas dan kepercayaan yang telah diberikan Allah kepadanya serta melengkapinya dengan pikiran yang cerdas berbudi luhur. Ia berhasil mengambil hati penduduk Madinah dengan sifat zuhud, jujur dan hati yang tulus. Sehingga mereka berduyun-duyun memeluk agama islam. Ketika Rasulullah  mengutusnya ke Madinah, hanya terdapat 12 orang muslim yang telah bai’at di bukit Aqabah. Tetapi beberapa bulan kemudian terjadi beberapa peningkatan orang-orang yang memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Selama musim haji berikutnya umat muslim Madinah mengirim perwakilan sebanyak 70 orang laki-laki dan perempuan ke Mekkah untuk bertemu dengan Rasulullah .
Mereka datang disertai dengan guru mereka dan duta Rasulullah  yaitu Mush’ab bin umair. Mush’ab telah membuktikan dengan keutamaan dan pikiran cerdasnya bahwa Rasulullah  mengetahui dengan pasti bagaimana memilih duta dan guru-gurunya.
Mush’ab memahami tugasnya dengan baik. Ia mengetahui bahwa tugasnya adalah menyeru kepada Allah dan rasul-Nya, ia menyeru orang-orang kepada jalan yang lurus. Sebagaimana Rasulullah  yang dipercayainya, ia tidak lebih sebagai penyampai pesan. Di madinah, mus’ab tinggal sebagai tamu di rumah As’ad bin zurarah, dan keduanya sering mengunjungi kabilah-kabilah, rumah-rumah dan tempat pertemuan, membacakan ayat-ayat al-qur’an dari Allah serta menanamkan pengertian bahwa Allah adalah Rabb Yang Maha Esa.
Ia pernah menghadapi beberapa kejadian yang hampir merenggut juwa dan sahabat-sahabatnya, tetapi terselamatkan oleh kecerdasan akal dan kebesaran jiwanya. Suatu hari, ketika ia sedang mengajarkan islam kepada orang-orang, dikejutkan oleh kehadiran pemimpin kabilah ‘abd al-ashal yaitu usaid bin hudair, yang menantangnya dengan menghunuskan panahnya.
Usaid sangat marah dan benci terhadap mus’ab yang berusaha memalingkan agama orang-orangnya dengan mengajarkan kepada mereka meninggalkan berhala-berhala dan mengatakan ide tentang hanya ada satu ilah yang berhak diibadahi yaitu Allah. Tuhan-tuhan mereka merupakan pusat penyembahan, di mana pun mereka memerlukannya meka mereka mengetahui dan melihat tempatnya dan memohon pertolongan kepadanya. Begitulah yang ada dipikiran dan dibayangkan oleh mereka.
Tetapi tuhan Muhammad, yang diserukan oleh mus’ab tidak ada yang mengetahui tempatnya dan tidak ada yang dapat melihatnya. Ketika kaum muslimin yang duduk di sekeliling mus’ab menjadi takut menyaksikan usaid bin hudair yang murka, mus’ab tetap tenang. Usaid berdiri di depan mus’ab dan as’ad bin zurarah sambil membentak, “apa yang membuat kalian datang kemari? Apakah kalian hendak mengubah kepercayaan kami? Pergilah dari sini jika ingin selamat!”
Bagaikan tenangnya lautan, mus’ab mengatakan dengan halus: “kenapa anda tidak duduk dan mendengarkan dahulu? Jika anda menyukainya anda dapat menerimanya; dan jika anda tidak menyukainya, kami akan menghentikan apa yang tidak anda sukai!”
Allahu akbar! Bagaimana sebuah awal atau pembukaan yang baik akan berakhir dengan menyenangkan! Usaid sebenarnya seorang yang cerdas dan sekarang ia diajak mus’ab hanya untuk mendengar dan tidak yang lainnya. Jika ia berhasil meyakinkannya, maka ia akan menerimanya dan jika tidak maka mus’ab akan meninggalkan lingkungan dan kelompoknya untuk mencari lingkungan lain yang tidak merugikan atau tidak dirugikan kemudian usaid menjawabnya dengan mengatakan, “baik, cukup adil.” Dan ia menurunkan panahnya serta duduk mendengarkan.
Mus’ab lalu membacakan ayat-ayat al-qur’an, menjelaskan dakwah yang dibawa Muhammad bin abdullah, sedangkan kesadaran usaid bin hudair menjadi jelas dan bercahaya serta berubah seiring dengan untaian kata-kata yang diucapkan. Ia diliputi oleh keindahan. Ketika mus’ab selesai bicara, usaid bin hudasir menyeru keopadanya dan orang-orang di sekelilingya: “alangkah indah dan benarnya ucapan itu! Bagaimana ornag yang hendak masuk agama ini?” mus’ab mengatakan, dengan mensucikan diri dan pakaiannya serta mengucapkan: “saya bersaksi tiada ilah yang haq kecuali Allah.”
Usaid kemudian pergi dan kembali dengan menuangkan air di kepalanya serta berdiri sambil menyatakan, “saya bersaksi tiada ilah yang haq selain Allah.”
Usaid kemudian pergi dan kembali dengan menuangkan air di kepalanya serta berdiri sambil menyatakan: “seya bersaksi tiada ilah yang haq selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.”
Berita tersebut langsung tersebar dan sa’ad bin mu’ad datang untuk mendengarkan mus’ab sehingga ia merasa yakin lalu memeluk islam. Kemudian disusul oleh sa’ad bin ubadah.
Dengan masuknya mereka berdua ke dalam islam, penduduk madinah kemudian bertanya-tanya di antara mereka: “jika usaid bin hudair, sa’ad bin muadz dan sa’ad bin ubadah telah memeluk islam, apalagi yang kita tunggu? Ayo kita pergi ke mus’ab dan beriman bersamanya. Demi Allah, ia telah menyeru kepada kita kebenaran dan jalan yang lurus!”
Duta pertama nabi Muhammad  sukses tanpa tandingan. Keberhasilan yang wajar dsan layak diperolehnya.

Menjemput kesyahidan
Hari-hari dan tahun-tahun pun berlalu. Rasulullah dan para sahabat hijrah ke madinah dan orang-orang Quraisy merasa iri serta menyiapkan pengejaran terhadap hamba-hamba Allah yang saleh. Sehingga terjadilah perang badr dan mereka memperoleh pelajaran pahit seta kehilangan benteng. Setelah itu mereka mempersiapkan untuk melakukan balas dendam dan terjadilah perang uhud. Kaum muslim memobilisasi diri dan nabi Muhammad  berdiri di tengah-tengah umatnya untuk memilih siapoa yang sebaiknya membawa panji islam. Beliau lalu memanggil mus’ab dasn terpilihlah ia sebagai pembawa panji pasukan muslimin.
Peperangan terjadi dengan dahsyatnya. Pasukan panah tidak mematuhi perintah Rasulullah dengan meinggalkan posisinya di bukut setelah melihat seolah-olah orang musyrik telah dikalahkan dan menyerah. Tetapi tindakan mereka ini ternyata mengalihkan kemenangan kaum muslim menjadi kekalahan. Karena tanpa disadari pasukan berkuda Quraisy menyerbu dari puncak bukit sehingga menyebabkan banyak orang muslim terbunuh.
Ketika melihat pasukan umat muslim porak-poranda, kaum musyrik mengerahkan serangan kepada Rasulullah dengan maksud membunuhnya. Mus’ab menyaksikan ancaman tersebut, maka diacungkan bendera tinggi-tinggi dan berteriak: “Allahu akbar! Allahu akbar!” bagaikan raungan singa, ia berputar sambail melompat ke kiri dan ke kanan, bertempur dan membunuh para musuhnya. Maksudnya adalah untuk menarik perhatian musuh kepadanya sehingga mengalihkannya dari Rasulullah. Ia seolah-olah menjadi keseluruhan pasukan pada dirinya. Sungguh, mus’ab bertempur seorang diri bagaikan poasukan besar yang mengacungkan bendera dengan satu tangan, sedang tangan lainnya menebaskan pedang. Tetapi musuh semakin banyak jumlahnya yang ingin melewati jenazahnya sehingga dapat mencapai Rasulullah .
Marilah kita simak situasi yang melukiskan saat-saat terakhir mus’ab bin umair yang agung. Ibn sa’ad berkata: ibrahim bin Muhammad bin sharhabil al-abdari dari bapaknya, ia berkata: “mus’ab bin umair pembawa panji di perang uhud. Ketika pasukan muslim terpencar, mus’ab tetap bereda di tempatnya sehingga datanglah seorang musuh berkuda yang bernama ibnu quma’ah. Ia menebas tangan kanannya tetapi mus’ab berkata, “Muhammad tiada lain hanyalah seorang rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa rasul.” (3:144). Maka dipegangnya bendera dengan tangan kirinya dan menyandarinya. Ia menebas tangan kirinya hingga putus sehingga ia menyandar ke bendera dan melekatkan ke dada dengan kedua pangkal tangannya sambil berkata, “Muhammad tiada lain hanyalah seorang rasul dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa rasul.” Lalu ia menyerangnya yang ketiga kali dengan tombak, sehingga mus’ab gugur dan panji pun jatuh.
Sungguh, ia telah gugur dalam keadaan syahid di usianya yang ke empat puluh . Ia gugur setelah berjuang dalam pertempuran hebat yang menuntut pengorbanan dan keimanan demi Allah . Ia khawatir jika ia terbunuh akan menyebabkan kematian Nabi . Karena tidak ada yang melindungi dan membela beliau. Tetapi ia menempatkan dirinya pada posisi seperti itu demi Nabi Muhammad . Dilandasi oleh perasaan takut dan cinta terhadap nabi, setiap tebasan pedang dari musuh dilanjutkan dengan ucapan, “dan Muhammad tiada lain hanyalah seorang rasul dan telah didahului sebelumnya oleh beberapa rasul.” (3:144). Kalimat yang kemudian dikukuhkan sebagai wahyu setelah ia mengucapkannya berulang kali.
Setelah pertempuran sengit tersebut selesai, mereka menemukan jasadnya yang syahid terbaring dengan wajah menelungkup ke tanah, seolah-olah takut melihat jika bencana menimpa Nabi Muhammad . Sehingga ia menyembunyikan wajahnya agar tidak melihat peristiwa yang ditakutinya tersebut. Atau mungkun ia malu, karena ia mati sebagai syuhada sebelum memastikan keselamatan Rasulullah dan sebelum selesai menunaikan tugas dalam memebela dan melindungi Rasulullah.
Rasulullah dan para sahabat datang meninjau medan poertempuran untuk mengucapkan perpisahan kepada para syuhada’nya. Ketika berhenti di tempat terbaringnya jasad mus’ab, nabi Muhammad meneteskan air mata.
Khabab bin al-arat melukiskan: “kami hijrah di jalan Allah bersama Rasulullah dengan mengharapkan pahala dan keridhaannya. Di antara kami ada yang telah wafat sebelum menikmati pahalanya di dunia ini sedikit pun dan salah satu di antaranya ialah mus’ab bin umair, yang telah syahid pada perang uhud. Ia pun tidak meninggalkan sesuatu salain sehelai kain yang telah sobek. Jika kami menutupi kepalanya dengan kain tersebut, maka kakinya tidak tertutup dan jika kami menutup kakinya maka kepalanya yang tidak tertutup. Rasulullah memerintahkan kepada kami: “tutuplah kepalanya dengan kain tersebut dan tutuplah kakinya dengan rumput jeruk (idzkhir).”
Betapa pun sedih dan dukanya Rasulullah atas kehilangan pamannya hamzah dan tubuhnya dirusak oleh orang musyrik hingga bercucuran air matanya; walaupun kenyataan medan perang dipenuhi oleh jasad para sahabatnya di mana semuanya melambangkan puncak kebenaran, kesucian dan cahaya; walaupun semua itu, tapi ia berdiri di hadapan jasad duta pertamanya, mengucapkan perpisahan dan meneteskan air mata. Sungguh Rasulullah berdiri di depan mus’ab dan matanya diselubungi oleh tetesan air mata, cinta dan kesetiaan sambil berkata: di antara orang-orang mukmin terdapat orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. (33:23)
Kemudian beliau melihat dengan sedih kain yang ia selubungi lalu berkata: “ketika saya melihatmu di mekkah, tidak ada seorang pun yang berperhiasan mahal dan menandingi dirimu, dan sekarang kamu dengan rambut yang kusut hanya dibalut sehelai kain.” Kemudian Rasulullah melihat semua syuhada di medan perang dan bersabda: “Rasulullah akan menjadi saksi di hari kiamat bahwa kalian semua adalah syuhada di sisi Allah.” Lalu ia mengumpulkan para sahabat yang masih hidup dan berkata: “hai manusia, ziarahilah mereka, datangilah mereka dan ucapkanlah salam. Demi Allah, tidak seorang muslim pun sampai hari kaimat yang memberi salam kepada mereka kecuali mereka akan membalasnya.”


Read More..

Arrahmah.Com - Technology

Arrahmah.Com - International

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP