“Ahlu Quran” Pesona Cinta Ilahi

>> Senin, 11 Agustus 2008

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya kepada semua hamba-Nya, yang menurunkan islam sebagai syariat yang lengkap dan sempurna hingga tak perlu lagi bagi umat-Nya untuk menambah ataupun mengurangi. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wasallam, sebagai pembawa bendera tauhid yang membebaskan manusia dari hinanya penyembah berhala .

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang sangat mulia. Akal yang sehat merupakan nikmat terbesar yang diberikan-Nya kepada manusia. Hal itu sebagai tanda dari kemuliaan manusia dibandingkan dengan makhluk yang lainnya.
Akal yang dijalankan oleh kemurnian naluri melalui hati yang senantiasa tunduk dan taat kepada Allah SWT, akan membuahkan rasa cinta yang sangat mendalam. Sehingga ikatan ubudiyah seorang hamba dengan Rabb-Nya akan semakin bertambah.
Cinta yang sejati ialah cinta kepada Allah swt. Yaitu cinta yang hanya ditujukan kepada-Nya sebagai Rabb pencipta dan pemberi nikmat kepada semua makhluk-Nya. Sehingga cinta dalam hal ini menafikan kesyirikan secara keseluruhan, baik secara lahir maupun bathin. Allah SWT telah berfirman :

و من الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله, والذين أمنو أشد حبا لله ولو يرى الذين ظلموا إذ يرون العذاب أن القوة لله جميعا و أن الله شديد العذاب " Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah ; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal)".[Qs. Al-Baqarah : 165]
Disisi lain Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah memberikan peringatan kepada umat-umatnya bahwa, akan datangnya suatu zaman dimana ilmu akan dicabut oleh Allah SWT secara perlahan-lahan. Sehingga fitnah akhir zaman akan bermunculan secara bertubi-tubi. Betapa tidak, Al-Quran yang merupakan Kalamullah yang mengandung mu’jizat bagi Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah dilalaikan oleh kebanyakan manusia. Ia hanya dijadikan sebagai hiasan rumah bahkan sebagai pelengkap perpustakaan pribadi belaka, tanpa adanya upaya untuk membaca, mentadabburi dan menghafalkannya.
Perihal penting yang perlu kita ketahui dalam hal ini ialah bahwa orang yang hidup disaat bergejolaknya fitnah akhir zaman ini, maka menjadi tuntutannya sebagai seorang muslim untuk selalu menjaga dan menumbuhkan rasa cinta kepada Allah SWT dalam berbagai kondisi. Lantas bukti apa yang dapat kita wujudkan untuk selalu menumbuhkan keistiqomahan kita dalam mencintai-Nya ? dan kenapa Al-Quran yang merupakan kitab suci bagi umat islam yang mengandung mu’jizat bagi Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam serta merupakan Kalamullah yang sangat agung, begitu mudahnya dilalaikan oleh kebanyakan umat Islam saat ini ?.
Sehingga dianggap pentingnya permasalahan tersebut, maka dalam pembahasan kali ini penulis mencoba untuk mengkaji dan mencermati permasalahan tersebut . Terakhir semoga apa yang penyusun usahakan dapat menambah khazanah wawasan keilmuan kita. Sehingga kita senantiasa untuk beristiqamah dijalan-Nya. Wallahua’lam.





II. Pembahasan.
A. Pengertian.
• Definisi cinta
- Menurut Bahasa :
Kata cinta dalam bahasa arab tersusun dari kata-kata حب- يحب- حبا- محبة semakna dengan الود atau رغب في yang berarti mengasihi atau menyayangi
- Menurut Istilah :
Cinta ialah tabiat hati yang selalu condong atas sesuatu yang menyenangkan, yang didasari nafsu atau kesadaran diri.
Syaikh Jamaluddin Al-Qasimy berkata : “Sesungguhnya cinta kepada Allah adalah tujuan utama dalam memunculkan rasa kerinduan untuk melihatnya dan ridha atas segala keputusannya. Maka seseorang yang telah berdiri kecintaannya tidak ada yang lain baginya kecuali buah dari apa yang telah ia cintai. Ia akan mengikutinya dari apa yang membuatnya menjadi cinta kepadanya”
Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :

المراء مع من أحب
“Seseorang itu bersama dengan siapa yang ia cinta“ [Hr. Bukhari dan Muslim dalam Al-Akhlak Al-Islamiyah wa Asasuha]

• Definisi Al-Quran
Al-Qur’an ialah Kalam Allah yang mengandung mu’jizat, diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul-Nya melalui malaikat Jibril AS, termaktub didalam lembaran-lembaran yang terjaga dalam hati (orang-orang mukmin), sampai kepada kita secara mutawatir, berpahala jika dibaca dan dimulai dengan surat Al-Fatihah serta diakhiri dengan surat An-Naas.
Al-Quran sebagai sumber agama islam merupakan kitab yang harus diimani oleh kaum muslim sebagai Firman Allah SWT. Wujud mengimaninya ialah dengan membenarkan setiap kandungannya (ayat-ayatnya) dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sahl bin Abdillah berkata: “ Bukti cinta kepada Allah adalah mencintai alquran. Bukti mencintai alquran ialah mencintai rasul . Dan bukti cinta kepada rasul ialah dengan cinta pada sunnahnya .Sedangkan bukti cinta pada sunnah ialah bukti ia mencintai akhirat”.


B. Dalil disyariatkannya untuk cinta kepada Allah dengan mencintai Al-Quran.
- Al-Quran
“Katakanlah : “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”, Allah maha pengampun lagi maha penyayang.(Qs. Ali-Imran : 31)
“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.(Qs. Al-Baqarah : 165)
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-quran dan sesungguhnya kami benar-bnar menjaganya” ( Qs. Al-Hijr: 9)
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram” (Qs Ar-Ra’ad: 28)
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya” ( Qs. Al-Ahzab : 41)


- As-Sunnah
Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
“Aku didatangi rabb-Ku dalam mimpi, lalu dia berfirman kepadaku“wahai Muhammad ! Katakanlah : “Wahai Allah aku meminta kepada-Mu, kecintaan kepada orang-orang yang mencintaimu, serta aku meminta amalan yang bisa mengantarkan aku kepada cinta-Mu” .(Hr. Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani )
“Sebaik-baik diantara kalian ialah yang mempelajari alquran dan mengajarkannya”(Hr. Bukhari)
“Barang siapa mencintai karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah, melarang karena Allah, maka subgguh imannya telah sempurna”(Hr. Tirmidzi)
“Bacalah alquran ,maka sesungguhnya ia pada hari kiamat ia akan menjadi penolong bagi pembacanya”( Hr. Muslim)
“Perumpamaan seorang mukmin yang membaca alquran seperti buiah jeruk, rasanya manis dan harum. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca al-quran seprti kurma, rasanya manis tapi tidak memiliki aroma. Perumpamaan seorang yang berbuat maksiat,tetapi membaca alquran, seperti kemangi yang harum aromanya tapi pahit rasanya. Dan perumpamaan orang yang berbuat maksiat dan tidak membaca alquran, seperti labu yang tidaj memilikiaroma dan pahit rasanya”.(Hr. Bukhari dari Abu Musa Al-‘Asyari)
“Berilah kabar gembira, sebab sesungguhnya al-quran in iujungnya berada ditangan Allah dan ujung yang satunya berada ditanganmu. Berpegang tegunglah kalian dengannya. Dengan demikian kalian tidak akan binasa dan tidak akan tersesat selama-lamanya”(Hr. Tabrani)

- Perkataan Salaf
“Jika kalian menginginkan ilmu, maka bertebaranlah (pelajarilah) Al-Qur’an karena sesungguhnya didalamnya tercakup ilmu dunia dan akhirat” (Ibnu Mas’ud)
“ Barangsiapa yang membaca alquran maka ia telah mencapai derajat kenabian disisi keduanya, akan tetapi wahyu tidak diturunkan kepadanya” (‘Amr bin ‘Ash)
“Dan dari tanda-tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah yang paling tinggi ialah dengan mentadabburi Al-Quran” (Jamaluddin Al-Qasimy)


C. Rahasia Cinta.
Cinta adalah cahaya, ia menerangi seperti matahari. Ia membuat gelap menjadi benderang cemas dan gelisah menghilang. Ia memberi alamat setiap tujuan, kemudian menunjukinya. Semua yang dilakukan karena cinta menemukan pembenarannya. Sedang tanpa cinta kehidupan adalah gelap gulita seluas samudra.
Cinta adalah kehidupan, ia menyehatkan dan memberi tenaga. Ia adalah pondasi setiap aktivitas dan gerakan manusia. Ia adalah santapan jiwa dan hidangan bagi hati yang menjadi energi yang luar biasa bagi setiap bentuk perjuangan. Karena cinta adalah ruh kehidupan, maka tanpanya hdup adalah kematian.
Ia adalah obat penawar, Ia mengobati hati yang luka karena beratnya penghambaan. Merubah setiap kesakitan menjadi keindahan, setiap duka menjadi warna. Karena cinta pengorbanan adalah suatu keniscayaan. Kehilangan cinta adalah kesiapan menjalani perihnya hidup dalam penderitaan tanpa penyembuhan.
Tapi cinta juga adalah kelezatan. Ia merasuk kedalm kalbu, memberi sensasi nikmat yang mengagumkan. Memesona jiwa dengan rasa yang tidak pernah terduga. Karena itu hanya yang pernah jatuh cintalah yang dapat merasakannya.
Hanya mencintai Allah, yaitu cinta karenanya dan benci karena-Nya, cinta tersebut menjadi sebuah cinta yang terpuji. Karena ia merupakan tanda kesempurnaan iman. Namun kejujuran dalam mencintai Allah nenuntut peng-esaan-Nya. Ia menghajatkan kesiapan ruhiyah dan kekuatan bashirah yang tinggi. Maka hamba yang berilmu, yang kalbunya hidup dan yang peduli akan nasibnya diakhiratlah yang bisa mencintai Allah.



Perlunya ilmu untuk mencintai-Nya.
Ada sebagian kaum yang menyatakan demikian sangat cintanya kepada Allah. Namun disisi lain mereka tidak menetapkan wasilah syar’iyyah demi membuktikan cintanya tersebut. Mereka-reka keyakinan berdasarkan angan-anganya, membuat jalan sendiri menuju yang dicintai, menempuh dengan amal yang sama sekali tidak disyariatkan Allah . Merekalah kebanyakan dari ahlu bid’ah yang menyemai cinta dengan mengingkari kebenaran. Bermaksud merengkuh kebahagiaan dengan mendustakan Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam .
Memang tidaklah Allah memerintahkan suatu perkara, melainkan setan melakukan dua tarikan kepadanya kearah tafrith atau isyraf. Syetan tidak peduli mana yang akan berhasil, apakah yang menambah-nambahi ataukah yang mengurangi (karena kedua-duanya sama-sama keluar dari sunnah). Dan orang-orang bodohlah yang kebanyakan jatuh dalam tarikan tersebut. Adakalanya mereka memberat-beratkan dalam urusan agama (tasyaddud), adakalanya meringan-ringankanya (tasyahul). Yang pertama keluart dari sunnah dan terjerumus dalam bid’ah karena melampaui batas, dan berlebih-lebihan. Yang kedua keluar dari sunnah dan terjerumus dalam bid’ah karena meremehkan. Diantara mereka ialah golongan syiah rafidhah, thariqat shufi dan sejenisnya.
Demikianlah cinta yang terbimbing dengan ilmu. Menganggap baik terhadap yang buruk dan memandang bermanfaat terhadap yang merusak. Betapa banyak orang jahil bersandar kepada Allah lalu mereka menyia-nyiakan perintah dan larangan-Nya, serta lupa bahwa Allah maha keras siksa-Nya dan bahwa balasan Allah terhdap orang-orang jahat tidak bisa dihalangi.
Ibnul Qayyim Al Jauhiyah dalam Al-Jawabul Kafi menyebutkan bahwa cinta kepada Allah saja tidak bisa memasukkannya kesyurga kecuali dengan mencintai apa yang dicintai allah . Seseorang tidak akan pernah ada yang sampai pada Allah keculi dengan mengikuti apa yang dibawa oleh Muhammad SAW, baik berupa perintahnya maupun larangannya. Allah berfirman, “Katakanlah : “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”, Allah maha pengampun lagi maha penyayang“.(Qs. Ali-Imran : 31).

Cinta Al-Quran, Bukti Pertama Cinta kepada Allah.
Cinta yang terpuji merupakan cinta yang bisa memberikan manfaat pada dirinya di dunia dan diakhirat. Dan kecintaan inilah yang menempatkan pada kebahagiaan. Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Barang siapa cinta karena Allah , benci karena Allah memberi karena Allah , dan melarang karena Allah, maka sungguh imannya telah sempurna” (Hr. Tirmidzi). Kesempuranaan iman seseorang menyebabkan dirinya untuk selalu mencintainya dan senantiasa mengingatnya. Ibnu Qudamah berkata,“ Maka diantara tanda cinta kepada Allah ialah dengan senantiasa menyebut nama-Nya, mencintai al-quran yang mana ia merupakan kalam-Nya dan dengan mencintai Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam” .
Dan hal inilah yang menjadikan hasrat para salaf terhadap Al-Quran begitu tingginya dalam mengamalkan kitabullah. Tidak ketinggalan pula, akhir-akhir ini muncul berita yang sangat mengejutkan. Ewadh Ali Mubarak, seorang warga lanjut usia Arab Saudi , meski umurnya telah 130 tahun namun penglihatannya masih tetap tajam. Bahkan setiap bulan ia mampu menkhatamkan al-quran empat kali sebulan. Lansia asal daerah Sirat Obaida itu kepada surat kabar Al-Watan, dari arab Saudi, Selasa (7/6/05) lalu berkata, “Justru kebiasaan menghabiskan waktu luang dengan membaca Al-Quran ini yang mungkin membuat penglihatan saya tajam”( Ar-Risalah, Hal. 42,No.49/juli 2005).
Sungguh ini suatu rahmat Allah yang hanya diberikan kepada hamba-hambanya yang mencintainya dengan penuh kecintaan . Hal ini mengingatkan penulis akan perkataan Sahl bin Abdillah : “Bukti cinta kepada Allah ialah cinta kepada Al-Quran, dan bukti cinta kepadanya ialah dengan cinta pada Rasulullah. Dan bukti cinta kepada Rasulullah ialah dengan cinta pada sunnahnya .Sedangkan bukti cinta pada sunnah ialah bukti ia mencintai akhirat”.
Maka seseorang yang mencintai Allah akan nampak bahwa ia selalu bersanding dengan Al-Qurn. Dan perlu dipertanyakan bagi mereka yang mengaku telah mencintai Allah tetapi tidak nampak baginya tanda-tanda kecintaanya pada Al-Quran.

D. Problematika cinta Al-Quran.
Hati adalah alat untuk memahami dan berfikir.
Pembahasan dalam masalah ini secara ringkas ada dua sisi,:
Pertama, hati adalah alat untuk memahami dan berfikir.
Kedua, hati berada ditangan Allah yang maha tunggal, tiada sekutu bagi-Nya.
Sisi pertama telah ditunjukkan oleh banyak nash. Ayat-ayat Al-Quran yang berkenaan dengan ini lebih dari seratus ayat. Diantara ayat-ayat tersebut yang menunjukkan secara tegas dalam masalah ini antara lain :
“Sesungguhnya kami telah meletakkan tutupan diatas hati mereka,(sehingga mereka tidak) memahaminya”(Qs.Al-Kahfi : 57)
“Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahamiatau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesungguhnya buknlah mata itu yng buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada dalam dada” ( Qs. Al-Hajj:46)
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya”(Qs. Al-Ahzab:4)
Dari ayat-ayat diatas, dapat diketahui bersama bahwasanya hati adalah alat untuk memahami, berfikir dan mengetahui. Dan dintara gunanya ialah untuk memahami dan tadabbur Al-Quran.
Sisi kedua, bahwa hati berada ditangan Allah yang maha tunggal, tiada sekutu bagi-Nya. Sehingga ketika anda berusaha untuk memahami Al-Quran, maka ingatlah selalu bahwa hati berada ditangan Allah ta’ala. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah memberi batas antara manusia dan hatinya. Ibrah bukan terletak pada cara, namun terletak pada terbukanya hati yang telah dibuka olah Allah ta’ala yang maha tunggal. Apa yang anda peroleh dari tadabbur (pemahaman makna dari ayat Al-Quran), maka ia merupakan nikmatyang agung dari Allah yang pantas anda syukuri.

Korelasi antara cinta Al-Quran dan tadabbur.
Hati apabila mencintai sesuatu maka ia akan rindu mengharapkannya dan berpaling dari selainnya. Apabila hati mencintai Al-Quran, maka ia akan menikmati bacaannya dan akan bergabng antara pemahaman dan kesadaran sehingga menghasilkan tadabbur yang sangat kuat dan pemahaman yang sangat mendalam.
Sebaliknya apabila hati tidak ada kecintaan kepada-Nya, maka ketertarikan hati kepada-Nya sangat sulit dan ketundukkan kepada-nya sangat berat. Walhasil, bahwa mendapatkan cinta al-quran merupakan sebab yang paling bermanfaat untuk mendapatkan tingkat tadabbur yang palilng kuat dan paling tinggi.
Realita membuktikan, kita dapati seorang murid yang memiliki semangat, kecintaan, dan keinginan untuk belajar, maka ia akan mampu menguasai apa yang disampaikan kepadanya dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Adapun yang lain maka ia hampir tidak mampu menguasai apa yang diterangkan kepadanya, kecuali dengan cara yang diulang-ulang.

Tanda-tanda kecintaan hati pada Al-Quran.
Kecintaan hati pada Al-Quran memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
1. Senang ketika bertemu dengannya.
2. Duduk bersamanya dalam waktu yan cukup lama tanpa rasa jenuh.
3. Rindu kepadanya ketika lama tidak bertemu dan terhalang beberapa rintangan yang menghadangnya. Dan ia sangat berharap untuk bertemu daengannya dan menelaahnya sambil berusaha menghilangkan rintangan-rintangan yang menghalanginya tersebut.
4. Sering berdialog dengannya, percaya dengan arahan-arahannya, dan selalu merujuk kepadanya berkaitan dengan masalah-masalah kehidupannya baik yang kecil maupun yang besar.
5. Taat kepadanya baik dalam hal perintah maupun larangan.
Ini merupakan tanda-tanda kecintaan terhadap Al-Quran yang paling penting. Dan hendaklah setiap muslim selalu bertanya kepada dirinya sendiri dengan petanyaan, Apakah saya mencintai Al-Quran ?. Sebelum anda menjawab pertanyan ini maka kembalilah kepada tanda-tanda yang disebutkan diatas sekedar untuk mengukur benar atau salahnya jawaban anda. Pertanyaan ini sangat pentig sekali bagi seorang muslim sejati sebagai bahan muhasabah kita dalam menjalankan amanah dari Allah yaitu sebagai khalifah dimuka bumi ini.
Bagaimana seorang muslim mencintai Al-Quran sedangkan ia tidak kuat duduk bersamanya untuk ( membaca) beberapa menit saja. Namun dikesempatan lain ia kuat duduk berjam-jam bersama apa yang ia senangi dan ia cintai berupa kenikmatan dunia ?.
Abu Ubaidah berkata : “Janganlah seorang hamba bertanya kepada dirinya kecuali tentang Al-Quran. Maka apabila ia mencintainya berarti ia mencintai Allah dan rasul-Nya”. Hendaklah kita mengakui kekurangan kita apabila tidak terdapat dalam diri kita tanda-tanda kecintaan pada Al-Quran, dan selalu untuk berusaha mencapai dari tanda-tanda diatas.

Wasilah- wasilah agar hati mencintai Al-Quran.
Pertama : Tawakal kepada Allah dan meminta perlindungan atau pertolongan-Nya.
Tawakal merupakan syariat Allah yang sangat agung nilainya, sedangkan perintah meminta pertolongan kepadanya merupakan prinsip dasar yang wajib dimiliki oleh seorang hamba atas Rabbnya.
Dan diantara bentuk meminta pertolongan kepada Allah untuk mendapatkan tadabbur Al-Quran ialah dengan menyatakan do’a sebagaimana yang telah disyariatkan kepada orang yang hendak membaca Al-Quran. Yaitu berupa istiadzah (meminta pertolongan kepada Allah dari godaan syaithon yang terkutuk) dan basmalah disetiap awal surat dan pada surat yang hendak dibaca secara khusus.
Kedua : Melakukan sebab-musabab.
Dalam hal ini sebab yang paling baik dan paling bermanfaat ialah ilmu. Adapun perantaraannya ialah dengan membaca keagungan, keistimewaan, maupun keutamaan bagi orang membaca, mentadabburi dan yang menghafalkan Al-Quran. Seperti yang sudah tertera dalam nash Al-Quran maupun dari sunnah dan ditambah dengan ucapan para salafus-shalih.
Banyak kaum muslimin yang mengagungkan Al-Quran hanya sebatas pengagungan secara global. Pengetahuan mereka sebatas pada bahwasanya Al-Quran ialah kitab yang diturunkan dari sisi Allah, merupakan ibadah ketika membacanya. Adapun rincian ilmu tentang kengungan dan kedudukan serta apa saja yang dapat menyukseskan manusia pada hidup ini, maka hal itu tidak diketahui oleh mayoritas kaum muslimin.
Dalam hal ini saya beri contoh, disaat seseorang membaca sebuah bacaan ; novel atau komik setebal 600 halaman yang menceritakan tentang kisah cinta , pertempuran atau yang lainnya, maka ia akan selalu bersanding dengan bacaan tersebut dalam jangka waktu yang sangat lama atau mungkin sebaliknya hanya memerlukan waktu yang sangat singkat, akan tetapi banyak mengorbankan waktu yang semestinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih penting dari pada itu. Dan sudah barang tentu apa yang ia baca itu akan menimbulkan rasa simpati atau kekaguman, dan tentunya ia akan selalu terbayang-bayang dengannya. Maka kecintaan dan pengagungan terhadapnya secara tidak sadar telah masuk didalam hatinya. Sehingga cinta kepada Allah yang seharusnya ia dahulukan telah hilang begitu saja.
Hal yang demikian ini merupakan perkara yang lumrah yang tidak mungkin diingkari oleh seorangpun. Lalu mengapa kita sebagai seorang muslim, yang bernaung dibawah Diinul Islam, yang didalamnya mewajibkan atas seluruh umat untuk mencintai Al-Quran, akan tetapi dengan mudah melalaikannya ?. Jika kita lakukan hal ini, maka keberadaan Al-Quran ini akan menambah kecintaan dan pengagungan kita kepada Allah. Dan dengan ini pula kita akan mencapai derajat dan kedudukan para wali Allah yang bertaqwa yang tidak memiliki rasa gentar sedikitpun dan tidak pula bersedih.

E. Bahaya meninggalkan Al-Quran.
Allah berfirman : “Berkatalah rasul, ya Rabbku sesungguhnya kaumku menjadikan al-quran ini sesuatu yang tidak diacuhkan (ditinggalkan)”.(Qs. Al-Furqan : 30)
Al-Quran membersihkan jiwa manusia. Keberadaannya sebagai penyejuk hati bagi orang-orang yang bertaqwa. Namun begitu angkuhnya manusia, mereka tidak segan-segan untuk mengadopsi cara, gaya, dan perilaku yang hakikatnya bertentangan dengan Al-Quran. Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Al-Fawaid menyebutkan bahwa ada lima kategori meninggalkan Al-Quran :
1. Tidak mau mendengar dan mengimaninya.
2. Tidak mengamalkannya dan tidak mematuhi apa yang dihalalkan dan diharamkan, padahal ia membaca dan mengimaninya.
3. Menolak menjadikannya sebagai hukum dan undang-undang serta pemutus segala perkara dan beranggapan bahwa Al-Quran tidak melahirkan ilmu.
4. Enggan untuk mentadabburi dan memahaminya dan enggan untuk mrngenali maksudnya.
5. Tidak mau menjadikannya sebagai obat penawar bagi aneka ragam penyakit hati sehingga mengambil obat yang lainnya.
Semua jenis peninggalan terhadap Al-Quran ini terangkum dalam ayat tersebut diatas. Begitu banyak orang yang meninggalkan Al-Quran, padahal Al-Quran mencipatakan agar antara satu dengan yang lainnya saling mengenal, memberikan maaf, bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan, bukan dalam kejahatan dan permusuhan. Al-Quran yang begitu sempurna, tiada cacat dan cela, seharusnya menjadi pedoman hidup manusia.

Agar Al-Quran menyentuh hati dan bermanfaat dalam kehidupan ini.
Setelah kita mengetahui wasilah-wasilah untuk mencintai Al-Quran. Lantas bagaimanakah agar ia bermanfaat didalam kehidupan ini ?. Dalam hal ini paling tidak ada tiga pembahasan yang saling berhubungan.
Pertama, tentulah niat yang ikhlas, sebab banyak manusia yang membaca Al-Quran untuk menharapkan pujiandan penghargaan manusia atau demi kepentingan dunia. Imam Qatadah berkata : “Tidaklah seseorang bermajlis bersama Al-Quran, kecuali Al-Quran itu akan menambah atau mengurangi imannya”. Berarti, tidak semua orang yang membacanya akan bertambah imannya, bahkan bisa menguranginya.
Kemudian menghadirkan hati saat membacanya, seperti perkataan Ibnul Qayyim : “Apabila engkau ingin mengambil manfaat dari Al-Quran, maka kumpulkanlah hatimu saat membaca dan mendengarkannya! Bukalah pendengaranmu dan rasakanlah kehadiran zat yang berfirman dan berbicara dengannya”. Konsentrasinya jiwa saat membacanya akan membuatnya lebih fokus, sehingga tiada lagi penghalang antara hatinya dengan Al-Quran. Ini termasuk syarat penting, sebab sakitnya hati akan melalaikannya dari memahami makna ayat-ayat-Nya.
Selanjutnya mentadabburinya, yaitu membaca Al-Quran dengan merenungi dan memahami ayat-ayatnya. Berkata Imam Al-Ajuri : “Barang siapa mentadabburi al-quran, niscaya ia akan mengenal Rabbnya, mengetahui keagungan dan keluasan kerajaan-Nya, mengetahui keagungan karunia-Nya atas kaum mukminmin, serta mengetahui kewajibannya untuk beribadah kepada-Nya”.
Pengaruh Al-Quran terhadap para salaf.
Saat kita mendengarkan radio atau kaset imam masjid, kita akan merasa kagum dengannya . Sehingga kita akan suka menyimaknya dan bahkan berusaha untuk menirunya. Akan tetapi itu tidak pengaruh yang sejati. Pengaruh yang demikian hanya bertahan sebentar saja, setelah bacaan itu selesai, kita akan kembali bersenang –senang, bercanda, dan membuang-buang waktu, seolah-olah kita tidak pernah mendengar kalam Allah sedikitpun .
Suatu saat Ibnu Wahhab masuk ke pemandian . Tiba-tiba ia mendengar orang membaca Al-Quran:
و إذ يتحاجّون فى النار.......
“…..saat mereka berbantah-bantahan dalam neraka…”(Qs. Al-Mukmin: 47)
Maka seketika itu juga ia langsung jatuh pingsan.
Dawud Ath-Tho’i justru jatuh sakit setelah membaca ayat yang berbicara tentang neraka. Beliau mengulang-ulangi ayat tersebut semalam, dan dipagi harinya orang-orang mendapatkan beliau telah menimggal.
Ali bin Fudhail bin Iyyad meninggal dunia karena mendengar satu ayat yang dibacakan oleh salah seorang sahabatnya. Sholih Al-Mirri menyatakan, “ aku pernah melihat sorang wanita ( budak) suka bernyanyi dan menabuh rebana. Suatu saat ia lewat dihadapan seorang laki-laki yang sedang membaca ayat:

.......و إنّ جهنّم لمحيطة بالكا فرين
“Dan sesungguhnya jahannam itu benar-benar meliputi orng-orng yang kafir” (Qs. At-Taubah: 49). Wanita itu langsung melemparkan rebana ditangannya sambil berteriak, lalu tersungkur diatas tanah dalam keadaan pingsan. Saat ia sadar, ia menghancurkan rebana dan mulai giat beribadah. Kemudian suatu suatu ia berkata, “ berapa banyak aibku yang akan tersingkap dihari kiamat nanti ?” ia pun kembali berteriak dan menangis.
Jika para ulama’ demikian takutnya pada Allah dan demikian terpengaruh oleh bacaan Al-Quran sampai tingkat sebagaimana kisah diatas, lalu bagaimanakah amal perbuatan mereka terhadap kitabullah?, Bagaimana keterikatan merka terhadap kitabulah?.
Ada seseorang bertanya kepada saudara Imam Malik, “Apa kesibukan Imam Malik di rumahnya ?”. Ia menjawab, “mushaf al-quran sebab pekerjaan beliau hanya membacanya.” .
Abu Yahya An-Naqid seumur hidupnya telah menkhatamkan Al-Quran sebanyak empat ribu kali.
Tamim Ad-Dari biasa menkhatamkan al-quran setiap tujuh malam.
Keistimewaan terbesar dari mereka yang memiliki cita-cita tinggi adalah hasrat yang kuat untuk memahami, merenungi, dan mencerna makna dari mencari keridhaan Allah SWT . Sedangkan kita seberapa besar hasrat kita terhadap kitabulah?
Hendaknya kita bertanya kepada diri sendiri sekali lagi tentang faktor ini, kenapa kita tidak terpengaruh oeh bacaan Al-Quran?. Terkadang yang menjadi penyebabnya ialah jauhnya kita dari kebiasaan mengingatnya, dan sibuk dengan perkara yang tidak berguna. Sampai-sampai ada seseorang yang terpengaruh oleh lagu namun tidak terpengaruh oleh Al-Quran. Semua itu tentu saja kembali kepada dosa-dosa yang telah membuat telinga kita, menyumbat lubang hidung kita, membutakan mata hati kita sehingga hati tidak lagi terpengaruh sedikitpun oleh bacaan Al-Quran.

III. Kesimpulan dan Penutup.
Alhamdulillah dengan segala usaha, akhirnya terselesaikan juga pembahasan ini. Sehingga dapat diambil kesimpulan antara lain :
1. Bukti cinta kepada Allah yang paling nyata ialah dengan mencintai kitabullah. Dengan membacanya, mentadabburi, mengamalkan dan menghafalkannya.
2. Cinta yang terbimbing oleh ilmu, maka akan membawa kepada pelakunya kepada jalan yang diridhai-Nya yang jauh dari menyekutukan-Nya.
3. Hati adalah alat untuk berfikir dan memahami perihal kehidupan ini. Jika ia mampu mnghidupkannya maka ia akan selalu mengingat-Nya dan mencintai-Nya setiap saat.
4. Hati yang hidup, maka ia akan selalu berusaha untuk mentadabburi ayat-ayat-Nya.
5. Kecintaan kepada Al-Quran terlihat dari tanda-tanda yang mana ia selalu bersanding dengannya walaupun dengan watu yang sangat lama.
6. Niat ikhlas menjadikan seseorang semangat dalam mentadabburinya.
7. Ancaman keras bagi mereka yang mendahulukan pekerjaan-pekerjaan lainnya dari memenuhi hak-hak Al-Quran.
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad shalallahu’alaihi wasallam. Dengan mengharap keridhoan dari-Nya, kami selaku penulis makalah sederhana ini berharap semoga dengan adanya tulisan ringkas ini bisa menambah wawasan pembaca sekalian dan membuka cakrawala berfikir kita untuk menggapai kehidupan yang bahagia. walaupun tidak menutup kemungkinan pastilah didapati banyak sekali kesalahan dan kekhilafan., maka selayaknya sebagai seorang yang mukmin juga akan memberitahukan kekurangan yang ada pada diri saudaranya, hal itu ia lakukan agar kekurangan saudaranya tadi dapat tertutupi dan menjadi lebih sempurna. Wallahu a’lam bisshowab.

IV. Maraji’

1. Al-Quranul karim dan terjemahnya.
2. Al-Munjid fi Al-Lughah, Luwais Ma’luf, Dar Al-Masyriq, Beirut, Cet.Ke-21, 1973.
3. Al-Quran Fa An-Nadhru Al-‘Aqly, Fatimah Ismail Muhammad Ismail, Al-ma’had al-
alamy lil fikri al- islamy, Herndon-USA, Cet.Ke-1, 1993.
4. Majmuah Rasailut Taujihat Al-Islamiyah li Islahil Fardi Wal Mujtama’, Muhammad
bin Jamil Zainu, Dar As-Sumai’iy, Riyadh.
5. Al-akhlaq Al-Islamiyah Wa Asasuha, Abdurrahman Hasan Jabnakah Al-maidany, Dar
Al-Qalam Damsyq, Cet.Ke-4, 1996.
6. Tahdzib Mau’idhatul Muhsinin, Jamaluddin Al-Qasimy, Dar Ibnu Al-Qayyim, Ad-
Damam, Cet. Ke-3, 1990.
7. Muawwiqatu Tilawawti Wa Hifdhu Kitabullah, Hayya Ar-Rasid, Dar Al-Wathan lin
Nashr, 2001.
8. Al-jawabul Kafi, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Maktabah As-Sawady lit Tauzi’, Jeddah,
1994.
9. Mukhtashar Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah Al-Maqdisy, Dar Al-Fikr, Beirut,
1987.


0 komentar:

Arrahmah.Com - Technology

Arrahmah.Com - International

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP